Tokoh agama dan masyarakat serta Pemerintah Daerah Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah menilai kegiatan latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI berdampak positif bagi meningkatnya rasa aman warga masyarakat di wilayah itu.
Demikian terungkap dalam pertemuan antara Mayjen TNI Bambang Haryanto selaku Panglima Divisi Infantri 2 Kostrad dan sekaligus Komandan PPRC TNI dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Poso pada Selasa (14/4) di Ruang Pogombo Kantor Bupati Poso. Pertemuan itu juga terpantau dihadiri sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat .
Tokoh umat Kristiani Pendeta Desmon Kandjai dalam pertemuan itu menilai semenjak di gelar pada tanggal 31 Maret silam, latihan PPRC TNI berdampak pada meningkatkan rasa aman warga masyarakat di Kabupaten Poso khususnya terhadap ancaman aksi teroris.
“PPRC sudah menunjukkan kekuatan fullnya dengan turun walaupun hanya 25 persen, tapi luar biasa dampaknya kepada rasa aman masyarakat,” kata Desmon.
Pendeta Desmon Kandjai menambakan dengan akan berakhirnya kegiatan latihan itu pada 17 April mendatang juga menimbulkan kekuatiran masyarakat terhadap kemungkinan kembalinya kelompok teroris ke wilayah gunung Biru.
“Khususnya kami di Poso ini, kekuatiran masih ada, jangan jangan sesudah ditinggalkan PPRC, akan masuk lagi mereka,” tambahnya.
Sementara, Haji S. Runa seorang tokoh agama Islam dan sekaligus pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama atau FKUB Kabupaten Poso bahkan berharap agar latihan PPRC di Poso dapat di perpanjang.
Ia menilai pelaksanaan latihan PPRC TNI di Poso telah membuat kelompok teroris menyingkir dari wilayah Kabupaten Poso. dimana kemudian dua diantara anggota kelompok Teroris Santoso itu diketahui tewas dalam dua peristiwa penangkapan oleh Polisi di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah pada 3 dan 4 april silam.
“Jadi, barangkali kami mengharapkan memang latihan ini diperpanjang kalau bisa ditambah lagi, tanpa bapak berbuat saja, baru kapal-kapal datang, pesawat-pesawat datang, sudah lari semua itu yang perusuh perusuh,” tukas Runa.
Sekretaris Daerah Kabupaten Poso, Sin Songgo, mengatakan ada harapan yang besar dari warga masyarakat bahwa pelaksanaan latihan PPRC TNI berdampak pada semakin membaiknya keamanan dan ketertiban di daerah itu. Ia menekankan perlunya perhatian serius dari Pemerintah Republik Indonesia untuk penanganan kelompok sipil bersenjata yang selama ini menimbulkan ketakutan dan kecemasan masyarakat Poso.
“Apa yang telah terjadi di Poso selama ini, ketakutan, kecemasan masyarakat terhadap kelompok kelompok tertentu, kelompok sipil bersenjata yang sering membuat gangguan ganguan disini, itu harapan kami Pemerintah Republik Indonesia tentunya, negara tentunya harus bisa mengambil bagian sesuai ketentuan perundang undangan untuk bisa dapat diselesaikan,” papar Songgo.
Panglima Divisi Infantri 2 Kostrad Mayjend TNI Bambang Haryanto yang juga menjabat sebagai komandan PPRC TNI mengatakan kegiatan latihan PPRC TNI akan berakhir 17 April 2015 pada pukul 9 pagi Waktu Indonesia Tengah, namun menyikapi permintaan warga itu kemungkinan akan ada satu Batalyon yang akan ditinggalkan di Poso.
Satu Batalyon pasukan PPRC TNI yang di akan di Bawah komando Operasi Kodam VII Wirabuana itu diperuntukkan bagi kegiatan pembinaan Teritorial di kampung kampung serta desa di sekitar kawasan gunung Biru.
“Kalau memang PPRC itu memiliki dampak, saya bisa meninggalkan satu Batalyon saya disini, tapi dengan catatan saya sampaikan kepada Pangdam, itu lebih fokus pada kegiatan pembinaan teritorial bukan dikerahkan untuk tempur, dalam pengertian nanti dia dimasukkan ke kampung kampung,” kata Bambang Haryanto.
Bambang Haryanto berharap keberadaan satu Batalyon pasukan PPRC yang akan ditinggalkan selama satu bulan itu akan memberikan rasa aman bagi warga masyarakat, dan di sisi lain akan membuat kelompok teroris tidak akan kembali untuk mengganggu keamanan warga masyarakat di Poso.