Tautan-tautan Akses

Lawatan Diplomat Turki ke Wilayah Uyghur di China Picu Kekhawatiran


Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan (kanan) bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Ankara, Turki, pada 26 Juli 2023. (Foto: Stringer/Pool via Reuters)
Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan (kanan) bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Ankara, Turki, pada 26 Juli 2023. (Foto: Stringer/Pool via Reuters)

Mengakhiri lawatan resmi selama tiga hari ke China, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan, pada Rabu (5/6), mencuit tentang terwujudnya impian lamanya untuk mengunjungi Urumqi dan Kashgar di Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang di wilayah barat China.

“Selama bertahun-tahun, saya berkesempatan mengunjungi banyak kota bersejarah yang berkontribusi pada pembentukan peradaban Turki dan Islam,” kata Fidan dalam cuitan. “Namun, Urumqi dan Kashgar selalu membekas di hati saya dan selalu ingin ke sana. Berkat kontak-kontak di China, saya akhirnya mengunjungi dua kota kuno ini.”

Xinjiang, yang sering disebut sebagai Turkistan Timur oleh orang-orang Uyghur dan diaspora Turki, merupakan rumah bagi hampir 12 juta warga etnis Turki dan Muslim Uyghur. Para ahli menyoroti pentingnya etnis Uyghur dalam hubungan Ankara dengan Beijing karena kesamaan etnis dan agama.

“Orang-orang Turki telah lama menaruh perhatian pada kesejahteraan warga Uyghur, yang telah memengaruhi pengambil keputusan di pemerintahan,” kata Erkin Ekrem, direktur Institut Penelitian Uiyhur yang berbasis di Ankara. Ia mengingatkan kepada VOA, “Ada tidaknya tindakan terkait warga Uyghur dapat berdampak pada hasil pemilu lokal atau nasional dalam setiap periode.”

Turki menampung hampir 50.000 warga Uyghur. Banyak dari mereka melarikan diri akibat meningkatnya penindasan di Xinjiang. Negara itu menjadi tempat bagi salah satu komunitas Uyghur terbesar di luar China.

Pada 2022, Kantor HAM PBB menyimpulkan dalam laporan bahwa tindakan Beijing terhadap warga Uyghur mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

China membantah tuduhan itu dan menyatakan bahwa tindakannya di Xinjiang adalah bagian dari upaya kontraterorisme.

Media China melaporkan bahwa Fidan menyatakan Turki berkomitmen pada prinsip “Satu China,” menolak aksi apapun yang merusak integritas wilayah China, dan menyepakati upaya untuk “memperkuat kerja sama antiterorisme” antar kedua negara.

Sejumlah aktivis kemerdekaan Uyghur mempercayai bahwa dengan mengundang Menteri Luar Negeri Turki ke Xinjiang dan mengamankan dukungan Turki, yang merupakan salah satu negara Muslim terkemuka di dunia, China berupaya untuk mengurangi dampak dari kecaman internasional terhadap tindakan yang mereka lakukan pada komunitas Uyghur dan sejumlah minoritas Muslim Turki. [ka/fw/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG