Tautan-tautan Akses

Lebanon, Israel, Dalam Putaran ke-2 Pembicaraan Perbatasan Maritim


Kendaraan militer Pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) memasuki Naqura, kota perbatasan selatan Lebanon, lokasi penyelenggaraan putaran kedua pembicaraan Lebanon dan Israel, 28 Oktober 2020.
Kendaraan militer Pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) memasuki Naqura, kota perbatasan selatan Lebanon, lokasi penyelenggaraan putaran kedua pembicaraan Lebanon dan Israel, 28 Oktober 2020.

Lebanon dan Israel, yang secara teknis masih berperang dan tidak memiliki hubungan diplomatik, Rabu (28/10) meluncurkan pembicaraan perbatasan maritim putaran kedua. Pembicaraan yang didukung PBB dan AS ini dimaksudkan untuk memungkinkan eksplorasi energi lepas pantai.

Pembicaraan yang diperkirakan berlangsung dua hari, digelar di markas besar pasukan perdamaian PBB UNIFIL di kota perbatasan Lebanon, Naqura, yang dijaga oleh penghalang-penghalang jalan militer serta helikopter-helikopter PBB berputar-putar di atasnya

Setelah bertahun-tahun diplomasi ulang alik diam-diam AS, Lebanon dan Israel bulan ini menyatakan sepakat untuk memulai perundingan dalam apa yang disambut Washington sebagai suatu kesepakatan “bersejarah.”

Helikopter yang mengangkut anggota delegasi Lebanon untuk menghadiri putaran pertama pembicaraan dengan delegasi Israel di pangkalan penjaga perdamaian PBB (tidak terlihat dalam gambar) di Naqura, kota perbatasan Lebanon, 14 Oktober 2020.
Helikopter yang mengangkut anggota delegasi Lebanon untuk menghadiri putaran pertama pembicaraan dengan delegasi Israel di pangkalan penjaga perdamaian PBB (tidak terlihat dalam gambar) di Naqura, kota perbatasan Lebanon, 14 Oktober 2020.

Pengumuman itu muncul beberapa pekan setelah Bahrain dan Uni Emirat Arab menjadi negara-negara Arab pertama yang membangun hubungan dengan Israel setelah Mesir pada tahun 1979 dan Yordania pada 1994.

Lebanon, yang militernya terakhir kali bentrok dengan Israel pada tahun 2006, menegaskan bahwa perundingan itu semata-mata bersifat teknis dan tidak melibatkan normalisasi politik apapun dengan Israel.

“Sidang hari ini adalah sesi teknis pertama,” kata Laury Haytayan, pakar energi Lebanon. “Diskusi rinci mengenai demarkasi harus dimulai.”

Lebanon, yang menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak perang saudara 1975-1990, ingin menyelesaikan sengketa perbatasan maritim agar dapat melanjutkan upaya pencarian minyak dan gas lepas pantainya.

Upaya pencarian tersebut telah meningkatkan ketegangan di kawasan timur Laut Tengah setelah Turki berulang kali melakukan operasi eksplorasi dan pengeboran di perairan yang sama-sama diklaim oleh Siprus dan Yunani. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG