Pihak berwenang Lebanon mulai menerapkan 11 hari penutupan wilayah secara nasional dan jam malam berlaku selama 24 jam mulai Kamis (14/1), dengan harapan dapat membatasi penyebaran infeksi virus corona yang tak terkendali seusai masa liburan.
Untuk kali pertama, warga diharuskan untuk meminta izin satu jam agar diperbolehkan keluar rumah untuk hal “darurat”, di antaranya ke toko roti, apotek, dokter, rumah sakit atau bandara.
Pihak berwenang ditekan untuk melakukan pendekatan lebih keras setelah rumah sakit di negara itu terisi penuh, dengan infeksi harian mencapai jumlah tertinggi, 5.440 kasus, minggu lalu di negara berpenduduk hampir enam juta jiwa itu.
Kenaikan drastis kasus virus corona dimulai pada akhir bulan Desember.
Pada saat kebanyakan negara di seluruh dunia memperketat penutupan wilayah, Lebanon melonggarkan protokol kesehatan saat liburan, dengan memperbolehkan restoran dan kelab malam dibuka kembali, hampir tanpa batasan.
Diperkirakan sekitar 80.000 ekspatriat mengunjungi Lebanon untuk merayakan Natal dan Tahun Baru dengan orang yang mereka cintai, kebanyakan dari mereka warga Lebanon yang melewatkan kunjungan musim panas akibat ledakan hebat 4 Agustus lalu di pelabuhan Beirut.
Bahkan sebelum wabah virus corona pun, Lebanon sedang mengalami krisis ekonomi dan keuangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya, di mana nilai mata uang nasional dan sektor perbankannya jatuh. Nasabah bank tidak dapat mengambil simpanannya.
Rumah-rumah sakit Lebanon, yang sejak lama dianggap rumah sakit terbaik di Timur Tengah, kewalahan untuk membayar gaji staf, menjaga peralatan tetap berjalan dan mengamankan pasokan medis penting karena dolar semakin langka.
Di tengah lonjakan itu, banyak rumah sakit kini mencapai kapasitas maksimum bagi pasien virus corona.
Beberapa lainnya telah menunda operasi elektif karena kehabisan tempat tidur, tangki oksigen dan ventilator. [lj/uh]