Menurut sejumlah dokter, Zika bisa dikaitkan dengan cacat lahir seperti kerusakan otak pada bayi baru lahir dan bisa menimbulkan kelumpuhan sementara.
Pihak berwenang di sejumlah negara Asia telah menasehatkan mereka yang ingin melakukan perjalanan, khususnya ibu hamil, untuk menghindari perjalanan ke Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Mereka meminta orang yang datang atau kembali dari daerah-daerah itu dan menunjukkan gejala-gejala seperti demam atau ruam untuk segera melapor ke klinik-klinik kesehatan. Dokter juga diharuskan segera melaporkan dugaan kasus Zika.
Sementara itu Institut Kesehatan Nasional Kolombia mengatakan negara itu telah mencatat 20.297 kasus penularan Zika, termasuk pada 2.116 ibu hamil. Dalam pernyataan yang dirilis hari Sabtu (30/1), institut itu merekomendasikan pasangan-pasangan untuk menunda kehamilan hingga 6-8 bulan.
Angka terbaru yang dilaporkan dalam bulletin epidemiologis institute itu akan menjadikan Kolombia sebagai negara kedua yang paling terkena dampak virus Zika di kawasan itu, setelah Brazil.
Di tengah wabah Zika, Presiden Amerika dan Brazil telah menyepakati “perlunya upaya kerjasama” untuk mengatasi penyebaran virus itu.
Setelah kedua pemimpin berbicara hari Jum’at lalu (29/1), Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang mengatakan Barack Obama dan Dilma Roussef mengakui perlunya kerjasama “untuk memperdalam pengetahuan, memajukan penelitian dan menyeleraskan upaya mengembangkan vaksin yang lebih baik dan teknologi lain guna mengendalikan virus tersebut.”
Badan Kesehatan Sedunia WHO, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular CDC dan Organisasi Kesehatan Pan-Amerikca mengingatkan bahwa virus Zika menyebar sangat cepat di seluruh Amerika dan bisa menimbulkan dampak pada empat juta orang.
Untuk sementara waktu ini virus Zika dikaitkan dengan 4.000 dugaan kasus microcpehaly di Brazil, yaitu suatu kondisi bayi lahir dengan ukuran kepala dan otak yang kecil. Belum ada pengobatan bagi microcephaly atau virus Zika ini. [em]