Lebih dari 30 tentara penjaga perdamaian dalam misi pimpinan NATO di Kosovo menderita luka-luka pada Senin (29/5) dalam bentrokan dengan para demonstran Serbia, yang menuntut pencopotan sejumlah wali kota terpilih dari etnis Albania, di tengah gejolak ketegangan di negara Balkan itu.
Pasukan Kosovo NATO (KFOR) mengatakan, pihaknya menghadapi “serangan tak beralasan” saat menghadapi massa yang tidak bersahabat, setelah para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi dan mencoba menerobos sebuah gedung pemerintahan di kota Zvecan, di utara negara itu.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan, 52 warga Serbia terluka, tiga di antaranya menderita luka berat, sementara satu lainnya “terluka dengan dua tembakan oleh pasukan khusus (etnis) Albania.”
Menteri pertahanan Hungaria mengatakan di laman Facebooknya bahwa “lebih dari 20 tentara Hungaria” terluka, di mana tujuh mengalami luka parah namun dalam kondisi stabil.
Menteri luar negeri Italia mengatakan, tiga tentaranya terluka parah, sementara perdana menterinya, Giorgia Meloni, bersama NATO mengimbau “semua pihak mundur untuk menurunkan ketegangan.”
Warga Serbia di Kosovo memboikot pemilihan umum bulan lalu di kota-kota di sisi utara negara itu, yang mengizinkan warga etnis Albania untuk mengambil alih kendali dewan-dewan kota meski jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya sangat kecil, yaitu hanya 3,5 persen suara.
Pemerintahan Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti melantik para wali kota pekan lalu, menentang seruan Uni Eropa dan AS untuk meredakan ketegangan. UE dan AS sama-sama memperjuangkan kemerdekaan wilayah itu dari Serbia pada 2008.
Banyak warga Serbia yang menuntut penarikan pasukan polisi Kosovo – yang kehadirannya di Kosovo utara telah lama memicu perlawanan – serta wali kota etnis Albania yang mereka anggap tidak mewakili mereka. [rd/ah]
Forum