Petugas penyelamat hari Rabu (5/8) masih terus mencari penyintas ledakan hebat di pelabuhan di ibu kota Lebanon, Beirut, sementara PM Hassan Diab menetapkan Rabu sebagai hari berkabung di negara itu.
Ledakan hari Selasa menghancurkan seluruh permukiman di kawasan tersebut, menewaskan lebih dari 100 orang dan mencederai sedikitnya 4.000 lainnya, sebut Palang Merah Lebanon Rabu pagi.
Gubernur Beirut Marwan Abboud mengatakan situasi apokaliptik di sana telah membuat sekitar 300 ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Para pejabat menyatakan mereka memperkirakan jumlah korban akan meningkat, sementara para petugas bantuan bekerja menyisir reruntuhan bangunan-bangunan yang rusak dan orang-orang mencari kerabat serta teman mereka yang hilang.
Penyebab pasti ledakan hari Selasa belum jelas. Tetapi para pejabat Lebanon memusatkan perhatian pada apa yang mereka katakan berton-ton amonium nitrat yang disimpan di gudang-gudang pelabuhan selama enam tahun terakhir.
Ledakan terjadi pada sore hari, menimbulkan gumpalan asap raksasa yang membubung ke angkasa dan guncangan yang menerbangkan pintu-pintu serta jendela jauh dari pelabuhan, menjungkirbalikkan mobil-mobil dan merusak banyak bangunan.
Akibatnya, rumah sakit-rumah sakit dibanjiri oleh orang-orang yang perlu dirawat.
Kedutaan Besar AS di Beirut mendesak orang-orang untuk tinggal di dalam rumah karena ada laporan mengenai gas-gas beracun yang keluar akibat ledakan itu.
Para pemimpin menyerukan penyelidikan segera, dan Diab berjanji “mereka yang bertanggung jawab akan dihukum.”
Menurut Presiden Lebanon Michel Aoun, yang mengadakan sidang darurat kabinet pada hari Rabu, mereka yang bertanggung jawab akan menghadapi “hukuman paling berat.”
“Tidak dapat diterima sama sekali amonium nitrat sekitar 2.750 ton ada selama enam tahun di gudang-gudang tanpa langkah-langkah pengamanan yang membahayakan keselamatan warga tidak dapat diterima sama sekali,” cuit Aoun di Twitter.
PBB juga menyatakan membantu langkah tanggapan dan “tetap berkomitmen untuk mendukung Lebanon pada masa sulit ini.”
Seorang juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan ia “menyampaikan belasungkawa paling dalam bagi keluarga para korban, juga rakyat dan pemerintah Lebanon, menyusul ledakan mengerikan di Beirut. Ia mendoakan pemulihan segera bagi mereka yang cedera, termasuk beberapa personel PBB yang bekerja di Lebanon.”
Pasukan pemelihara perdamaian PBB di Lebanon menyatakan ledakan itu merusak salah satu kapalnya yang merapat di pelabuhan dan mencederai beberapa anggota pasukan itu.
Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih hari Selasa bahwa AS “siap membantu Lebanon,” seraya menambahkan bahwa ledakan itu “tampak seperti serangan yang mengerikan.”
Ketika ditanya apakah ia yakin insiden itu merupakan serangan, dan bukan kecelakaan, Trump menjawab, “Tampaknya demikian berdasarkan ledakannya. Saya telah bertemu beberapa jenderal hebat kita, dan mereka tampaknya merasa bahwa ini adalah demikian.”
Selain menghancurkan pelabuhan masuk utama bagi negara yang sangat bergantung pada impor bahan makanan, ledakan itu juga menghancurkan gudang gandum besar di lokasi tersebut.
Menteri Ekonomi Raoul Nehme mengatakan kepada Reuters hari Rabu bahwa negara itu memiliki cadangan gandum yang cukup untuk waktu “kurang dari sebulan,” dan bahwa Lebanon memerlukan cadangan sedikitnya untuk tiga bulan untuk memastikan ketahanan pangan.
Masyarakat internasional telah menanggapi dengan menyampaikan ucapan belasungkawa atas jatuhnya korban tewas dan tawaran bantuan upaya-upaya pemulihan di Beirut.
Presiden Perancis Emmanuel Macron akan mengunjungi Beirut hari Kamis untuk bertemu para pemimpin politik, sebut kantornya hari Rabu. Perancis sebelumnya menyatakan mengirim personel pemerintah beserta dokter untuk perawatan darurat dan beberapa ton peralatan medis, sedangkan Rusia menyatakan akan menyumbangkan rumah sakit keliling berikut dokter-dokter.
Qatar mengangkut rumah sakit-rumah sakit lapangan dan bantuan medis ke Beirut, sebut kantor berita pemerintah QNA.
Yordania menyatakan mengirimkan rumah sakit lapangan dan petugas medis ke Lebanon, sedangkan Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pemerintahnya siap mengirimkan bantuan medis.
Menteri Dalam Negeri Republik Ceko Jan Hamaceck mengatakan para pemimpin Lebanon menerima tawaran negaranya untuk mengirim 37 petugas penyelamat dengan anjing pelacak untuk membantu mencari korban di Beirut.
PBB juga menyatakan membantu langkah tanggapan dan “tetap berkomitmen untuk mendukung Lebanon pada masa sulit ini.”
Seorang juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan ia “menyampaikan belasungkawa paling dalam bagi keluarga para korban, juga rakyat dan pemerintah Lebanon, menyusul ledakan mengerikan di Beirut. Ia mendoakan pemulihan segera bagi mereka yang cedera, termasuk beberapa personel PBB yang bekerja di Lebanon.”
Pasukan pemelihara perdamaian PBB di Lebanon menyatakan ledakan itu merusak salah satu kapalnya yang merapat di pelabuhan dan mencederai beberapa anggota pasukan itu.
Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih hari Selasa bahwa AS “siap membantu Lebanon,” seraya menambahkan bahwa ledakan itu “tampak seperti serangan yang mengerikan.”
Ketika ditanya apakah ia yakin insiden itu merupakan serangan, dan bukan kecelakaan, Trump menjawab, “Tampaknya demikian berdasarkan ledakannya. Saya telah bertemu beberapa jenderal hebat kita, dan mereka tampaknya merasa bahwa ini adalah demikian.”
Departemen Pertahanan, sewaktu ditanya mengenai pernyataan Trump, merujukkan VOA ke Gedung Putih.
The New York Times, Reuters and CNN semuanya mengutip para pejabat AS yang mengatakan informasi awal mengenai ledakan itu tidak mengindikasikan bahwa penyebab ledakan adalah serangan.
Mantan Wakil Presiden AS Joe Biden, yang menghadapi Trump dalam pemilu tahun ini, menyatakan simpatinya bagi para korban ledakan dan mendesak pemerintahan Trump dan masyarakat internasional “agar segera mengerahkan bantuan bagi ribuan orang yang cedera dalam ledakan itu.”
Sementara itu di Vatikan, Paus Fransiskus hari Rabu mendoakan Lebanon. [uh/ab]