Lembaga pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights pada Rabu (1/1) menyatakan lebih dari 528.500 orang tewas dalam perang saudara di Suriah.
Jumlah korban keseluruhan ini mencakup ribuan orang yang tewas sejak 2011 tetapi baru dikonfirmasi belakangan, seiring semakin mudahnya akses ke pusat-pusat penahanan dan kuburan massal setelah pemberontak menggulingkan Bashar al-Assad.
Lembaga pemantau yang berbasis di Inggris itu menyatakan bahwa 6.777 orang — lebih dari separuhnya warga sipil — tewas pada tahun 2024 dalam pertempuran di Suriah.
Kantor berita AFP tidak dapat memverifikasi angka-angka tersebut secara independen.
Perang saudara di Suriah pecah pada 2011 setelah pemerintah menindak keras aksi protes prodemokrasi, yang kemudian memicu konflik dahsyat, memaksa jutaan orang melarikan diri ke luar negeri, serta melibatkan kekuatan asing.
Menurut lembaga pemantau itu, tahun lalu tercatat 3.598 warga sipil tewas di berbagai wilayah Suriah, termasuk 240 perempuan dan 337 anak.
Di samping itu, 3.179 kombatan turut tewas, mencakup tentara dari “rezim lama,” kelompok bersenjata Islamis dan jihadis, menurut lembaga tersebut.
Pada 2023, Observatory melaporkan 4.360 kematian, termasuk hampir 1.900 warga sipil.
Pada Desember lalu, pemberontak yang dipimpin kubu Islamis menggulingkan Assad, merebut kekuasaan dalam serangan cepat yang mengakhiri lebih dari 50 tahun pemerintahan tangan besi keluarga itu.
Sejak 2011, lembaga pemantau yang memiliki jaringan sumber di dalam Suriah itu telah mencatat lebih dari 64.000 kematian di penjara-penjara Assad “akibat penyiksaan, kelalaian medis, atau kondisi penahanan yang buruk.” [th/uh]
Forum