Sejak pertengahan Maret, sebuah koalisi berbasis di AS telah melacak lebih dari 2.100 insiden ungkapan kebencian terhadap orang Asia. Ini adalah angka yang mengkhawatirkan.
Para aktivis pembela warga Asia mengatakan, hal ini sebagian disebabkan oleh retorika anti-China selama pandemi virus corona.
Sementara ungkapan kata-kata rasis dan bentuk gangguan lisan lainnya sebagian besar menjadi ciri dari insiden-insiden ini, hampir delapan persen melibatkan serangan fisik, atau larangan warga Asia masuk ke tempat-tempat seperti restoran atau umum lainnya karena ketakutan tidak beralasan dengan virus corona. Juga ada yang meludahi atau batuk di depan warga Asia.
Hal itu dilaporkan oleh STOP AAPI Hate, sebuah organisasi pelacak ungkapan kebencian.
Dalam sebuah insiden pada Maret, sekelompok remaja warga kulit hitam di sebuah kereta metro di San Francisco menyerang warga Asia Amerika, katanya mereka mengidap Covid-19.
Pada April, seorang asing melemparkan batu besar lewat jendela rumah dari keluarga warga Amerika keturunan Tionghoa di Santa Rosa, California.
Warga Amerika keturunan Asia menjadi sasaran setiap kali terjadi krisis kesehatan publik, sebagaimana terjadi ketika berlangsung epidemi SARS pada 2003.
Gelombang kebencian anti-Asia terbaru ini terjadi saat ketegangan meningkat seputar pandemi yang dipicu oleh retorika anti China dari Presiden Donald Trump dan politisi lainnya.
Trump awalnya memuji China atas tanggapannya terhadap pandemi ini, tetapi kemudian menuduh pemimpin China Xi Jin-ping sebagai menunda-nunda perebakan di Wuhan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), serta menutup-nutupi keparahan permasalahannya. [jm/pp]