Letusan besar Gunung Merapi di Jawa Tengah masih berlangsung selama dua hari tanpa henti, menimbulkan awan panas yang meluncur dengan jarak hingga 9 kilometer, dan banjir lahar di sejumlah sungai yang berhulu di kaki Merapi.
Suara gemuruh terdengar hingga jarak 20 kilometer, dan debu volkanik yang mengandung unsur silica terbawa angin hingga mencapai sebagian wilayah Jawa Barat. Mulai Jumat dinihari, pihak berwenang memutuskan, kawasan aman berada diluar 20 kilometer dari puncak Merapi, bukan lagi 15 kilometer. Berikut laporan selengkapnya disampaikan reporter VOA Munarsih dari Yogyakarta.
Letusan besar Merapi dengan suara gemuruh yang menyertai keluarnya awan panas masih berlangsung hingga Kamis tengah malam.Meskipun hujan lebat mengguyur sebagian besar wilayah Yogyakarta sepanjang hari Kamis, warga yang keluar rumah dan para pengendara di jalan pada saat yang sama juga merasakan hujan abu yang terasa pedih di mata. Dilaporkan, hujan abu vulkanik telah dirasakan warga di sebagian wilayah Jawa Barat yang berjaran 100 kilometer lebih.
Hujan deras yang mengguyur kawasan Merapi telah menyebabkan banjir lahar di sejumlah sungai yang berhulu di Merapi, yaitu sungai Boyong, Kuning, Gendol, Woro, Bebeng dan sungai Krasak. Bahkan satu jembatan di kawasan Cangkringan Sleman dilaporkan hanyut oleh aliran lahar.
Karena aktivitas seismic Merapi yang semakin menghawatirkan, pihak berwenang memperluas batas kawasan aman dari 15 kilometer menjadi 20 kilometer, seperti disampaikan Kepala Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral SURONO.
Surono mengatakan, ” Melihat aktifitas seismiknya, maka pagi ini pukul 1 dinihari saya ubah daerah aman itu bukan lagi diluar 15 kilometer dari puncak Merapi tetapi menjadi diluar 15 kilometer dari puncak Merapi. Pemerintah Daerah sudah saya hubungi semua, baik Magelang, Klaten, maupun Sleman dan Boyolali, sudah saya telpon, tinggal surat resmi pada pagi ini. Semoga Tuhan memberikan yang terbaik bagi kita semua”.
Merapi yang tidak secara terus-menerus meletus dan mengeluarkan awan panas beserta material vulkanik lainnya dalam kurun 2 hari merupakan rekor letusan yang belum pernah terjadi. Jarum seismograf yang dimonitor di Balai Pengembangan dan Penelitian Teknologi Kegunungapian, BPPTK Yogyakarta tampak bergerak kencang, mengindikasikan tingginya aktivitas dan energi yang dikeluarkan oleh letusan Merapi.
Kepala Badan Geologi Nasional Sukhyar mengatakan, besarnya energi tersebut mencapai kira-kira empat-kali lipat dari letusan-letusan sebelumnya. Besarnya letusan karena digerakkan oleh magma paling dalam. Tentang suara gemuruh yang keras terdengar dari jarak jauh.
Menurut Sukhyar, “Goncangan itu bisa 2 hal, satu karena material magma itu terus dengan kecapatan tinggi keatas, gemuruh itu adalah luncuran awan panas , itu kan antar bongkahan itu saling beradu itu juga menghasilkan bunyi gemuruh ya. Memang bagi masyarakat, jangankan masyarakat, kita juga tidak pernah menyaksikan ya stress juga kita menyaksikan itu. Yang menghawatirkan itu mata-mata air, kalau ada sumber air bersih itu dari mata air ya jadinya tertutup, kan”.
Diperluasnya kawasan rawan bencana berdampak pada para pengungsi yang harus berulang kali perpindah ke daerah yang diperkirakan lebih aman. Menurut Kepala Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono, satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk menghindari akibat dari letusan besar Merapi adalah menjauhkan warga dari puncak Merapi.