Charley Sullivan berlenggak-lenggok mengikuti irama dan gerak Tari Ketuk Tilu yang diperagakan dua penari Indonesia di tengah Mal Pentagon City, Sabtu (15/2) lalu. Ia dan seorang pengunjung lain diajak ke atas panggung untuk mempelajari tarian khas Jawa Barat itu.
Charley, yang merupakan sejarawan Indonesia asal AS, mengaku senang setiap kali budaya Indonesia ditampilkan ke hadapan khalayak Amerika dengan cara yang menarik sekaligus otentik.
“It’s always good to see Indonesia here because orang-orang Amerika tidak tahu banyak tentang Indonesia. Memang itu enggak ada dalam pendidikan kita, mungkin sedikit—gunung api, orangutan, atau Bali,” ujarnya.
Selain Charley, para pengunjung lain di mal yang terletak di dekat ibu kota Washington, D.C., itu tampak penasaran melihat panggung budaya yang digelar di tengah area makan pusat perbelanjaan itu. Beberapa berhenti sejenak untuk menonton suguhan musik dan tari khas Jawa Barat yang ditampilkan: pertunjukan suling Sunda, Tari Merak, Jaipong, Rampak Gendang, hingga peragaan busana khas Jawa Barat. Beberapa bahkan ikut serta saat sesi lokakarya angklung.
Pengalaman budaya dan seni yang imersif itu memang menjadi tujuan digelarnya acara “West Java Experience: The Nationalism of Indonesia”, kata Jaya Hasran, salah satu pendukung acara sekaligus ketua komunitas "Rumpun Wargi Pasundan" di AS. Mal pun sengaja dipilih untuk memaksimalkan eksposur acara tersebut.
“Kalau kita melakukannya di dalam gedung, nanti kebanyakan hanya untuk orang kita saja. Padahal kita kan maunya experience kita ditularkan, terutama ke penduduk sini ya, di DMV. Dan kenapa kita pilih lagi [Mal] Pentagon, karena ini adalah pusat turis. Bus-bus turis yang mencari makan, stopnya di sini,” jelasnya.
DMV sendiri merupakan singkatan dari D.C. (District of Columbia), Maryland, dan Virginia, yang merujuk pada wilayah metropolitan Washington, D.C.
Acara yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat itu juga memasarkan berbagai produk Indonesia, mulai dari kebaya, botol minuman bergambar simbol dan kesenian Jawa Barat, bahan makanan dan minuman seperti kopi dan tempe, hingga makanan jadi, seperti batagor, nasi goreng, dan mie ayam.
Vernanda, perempuan asal Chile yang mengenakan totopang, alias ikat kepala khas Sunda yang baru didapatnya dari stan Rumpun Wargi Pasundan, baru tahu bahwa Indonesia memiliki belasan ribu pulau dengan jumlah penduduk yang sangat besar dan bahasa yang beragam.
“Tentunya menyenangkan bisa berbagi budaya dengan orang-orang yang belum mengenalnya. Saya sangat menyukai hal-hal seperti ini,” ujarnya.
Sementara itu, Charley menganggap acara promosi budaya Indonesia semacam itu sebetulnya bisa lebih dimaksimalkan untuk menarik lebih banyak warga AS.
“Makanan selalu bagus. Tapi mungkin bagi orang yang belum kenal, belum tahu rasanya, mungkin bisa dikasih coba sedikit. Samples ya mungkin,” tambahnya.
Misi Lebih Besar
Selain misi pengenalan budaya, Kuasa Usaha Ad Interim KBRI di Washington D.C., Ida Bagus Made Bimantara, yang akrab disapa Sade, menyebut bahwa Jawa Barat juga berkontribusi besar terhadap hubungan Indonesia dan Amerika Serikat melalui investasinya dengan perusahaan-perusahaan Amerika.
“Karena Jawa Barat memiliki pusat-pusat industri seperti di Karawang dan Cirebon, maupun di tempat-tempat lainnya yang menarik bagi perusahaan Amerika Serikat untuk produksi barang-barangnya di Indonesia,” katanya.
AS kini menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar Jawa Barat, disusul Jepang dan Filipina. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat pada Desember 2024 menunjukkan nilai ekspor provinsi itu mencapai USD 502,70 juta (sekitar Rp8,1 triliun), dengan komoditas unggulan berupa produk elektronik, kendaraan dan bagiannya, tekstil, dan alas kaki.
Menurut Sade, pengembangan investasi Amerika di Jawa Barat juga tengah diupayakan untuk bidang semikonduktor, di mana universitas-universitas unggul di sana akan dijadikan sebagai pusat pengembangan industri semikonduktor.
Tahun lalu, Pemda Provinsi Jabar melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat juga telah berhasil teken kontrak untuk produk hasil laut senilai sekitar Rp85 miliar melalui acara Seafood Expo North America, di Boston, Massachussets, kata Anggota DPRD Jawa Barat, Syahrir, yang menjadi pembicara dalam sesi bincang-bincang di acara West Java Experience.
Selain bidang-bidang tersebut, Syahrir mengatakan pihaknya telah menggali potensi apa saja yang dapat dimaksimalkan di area Washington, D.C., usai diskusi dengan peserta diaspora dan warga lokal.
“..Seperti garmen, nanti kita coba isi tentunya. Ada juga investasi—kita juga di sana mungkin bisa menyiapkan lahannya atau semacam pinjam pakai. Yang penting mereka berinvestasi, dan ini sangat menjanjikan untuk iklim investasi, dan tentunya juga akan menciptakan lapangan-lapangan pekerjaan baru,” tukasnya.
Namun, memasuki pasar Amerika Serikat yang kompetitif menjadi tantangan tersendiri. Sade menyebut jarak geografis antara AS dan Indonesia adalah salah satu kendala dalam menjalin hubungan bisnis dan investasi antarkeduanya. Selain itu, “brand recognition”, alias pengenalan merek dan produk-produk Jawa Barat masih perlu ditingkatkan agar masyarakat dan investor di sana lebih mengenal potensi yang ada.
Untuk itu, Sade pun menekankan perlunya upaya lebih untuk memperkenalkan Jawa Barat dan Indonesia secara keseluruhan kepada pasar Amerika, dengan gencar menyelenggarakan kegiatan tematik yang menampilkan keunikan dan keunggulan provisi tersebut. [br/em]
Supri Yono berkontribusi dalam laporan ini.
Forum