Para pejabat Libya hari Senin mengukuhkan Ahmed Maitiq sebagai perdana menteri baru negara itu setelah pemungutan suara sengit di parlemen, dengan beberapa anggota parlemen mempertanyakan keabsahan proses pemungutan suara itu.
Ahmed Maitiq adalah perdana menteri kelima dalam 2.5 tahun sejak diktator Moammar Gaddafi digulingkan.
Sebuah keputusan pemerintah hari Senin, yang ditandatangani oleh penjabat ketua parlemen, mengukuhkan terpilihnya pebisnis yang pernah mengenyam pendidikan di London itu setelah pemungutan suara kontroversial di majelis sehari sebelumnya.
Maitiq gagal memperoleh suara yang diperlukan dalam sesi yang sengit hari Minggu sebelum sesi itu ditunda. Dia kemudian dikatakan telah memperoleh suara yang diperlukan, termasuk dari para pendukung Islamis, meskipun banyak anggota parlemen yang meninggalkan sesi lebih awal.
Anggota parlemen Fatima Majbari menyebut pemungutan suara itu pelanggaran berat undang-undang.
Dia membandingkannya dengan penyimpangan yang membayangi pemungutan suara baru-baru ini mengenai mosi tidak percaya terhadap perdana menteri sebelumnya, Ali Zeidan.
Zeidan, yang pernah diculik sebentar tahun lalu, dilaporkan telah lari dari negara itu. Penerusnya, Abdullah al-Thani, mengundurkan diri tiga pekan lalu setelah dia dan keluarganya mendapat ancaman keamanan.
Keberadaan ketua parlemen, yang tanda tangannya tertera di keputusan yang menyetujui pengangkatan Maitiq, hingga kini tidak jelas sedang berada di mana.
Libya telah gagal untuk bersatu pasca periode Gaddafi, terpecah belah karena kesetiaan regional, milisi yang tak terhitung, dan peningkatan jumlah kelompok teroris.
Departemen Luar Negeri AS pekan lalu memperpanjang klasifikasi Libya sebagai persembunyian teroris. AS memiliki peran penting dalam koalisi yang membantu menggulingkan Gaddafi pada tahun 2010.
Ahmed Maitiq adalah perdana menteri kelima dalam 2.5 tahun sejak diktator Moammar Gaddafi digulingkan.
Sebuah keputusan pemerintah hari Senin, yang ditandatangani oleh penjabat ketua parlemen, mengukuhkan terpilihnya pebisnis yang pernah mengenyam pendidikan di London itu setelah pemungutan suara kontroversial di majelis sehari sebelumnya.
Maitiq gagal memperoleh suara yang diperlukan dalam sesi yang sengit hari Minggu sebelum sesi itu ditunda. Dia kemudian dikatakan telah memperoleh suara yang diperlukan, termasuk dari para pendukung Islamis, meskipun banyak anggota parlemen yang meninggalkan sesi lebih awal.
Anggota parlemen Fatima Majbari menyebut pemungutan suara itu pelanggaran berat undang-undang.
Dia membandingkannya dengan penyimpangan yang membayangi pemungutan suara baru-baru ini mengenai mosi tidak percaya terhadap perdana menteri sebelumnya, Ali Zeidan.
Zeidan, yang pernah diculik sebentar tahun lalu, dilaporkan telah lari dari negara itu. Penerusnya, Abdullah al-Thani, mengundurkan diri tiga pekan lalu setelah dia dan keluarganya mendapat ancaman keamanan.
Keberadaan ketua parlemen, yang tanda tangannya tertera di keputusan yang menyetujui pengangkatan Maitiq, hingga kini tidak jelas sedang berada di mana.
Libya telah gagal untuk bersatu pasca periode Gaddafi, terpecah belah karena kesetiaan regional, milisi yang tak terhitung, dan peningkatan jumlah kelompok teroris.
Departemen Luar Negeri AS pekan lalu memperpanjang klasifikasi Libya sebagai persembunyian teroris. AS memiliki peran penting dalam koalisi yang membantu menggulingkan Gaddafi pada tahun 2010.