Tautan-tautan Akses

Lima Tahun Sejak Pandemi, WHO Desak China Bagikan Data Asal-usul COVID-19


Sejumlah petugas keamanan bersiaga di luar Institut Virologi Wuhan saat kunjungan tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk meneliti asal mula COVID-19, di Wuhan, Provinsi Hubei, China, 3 Februari 2021. (Foto: Thomas Peter/Reuters)
Sejumlah petugas keamanan bersiaga di luar Institut Virologi Wuhan saat kunjungan tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk meneliti asal mula COVID-19, di Wuhan, Provinsi Hubei, China, 3 Februari 2021. (Foto: Thomas Peter/Reuters)

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan jika terjadi pandemi hari ini, dunia masih menghadapi kelemahan dan kerentanan yang sama yang menyebabkan COVID-19 bercokol lima tahun lalu.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Senin (30/12) meminta China untuk membagikan data dan akses kepada organisasi itu untuk membantu memahami bagaimana COVID-19 bermula. Permintaan itu disampaikan lima tahun sejak dimulainya pandemi yang mengguncang planet Bumi itu.

COVID-19 membunuh jutaan orang, mengoyak perekonomian dan melumpuhkan sistem layanan kesehatan di seluruh dunia.

“Kami terus meminta China untuk membagikan data dan akses agar kami dapat memahami asal-usul COVID-19. Ini adalah kewajiban moral dan ilmiah,” ungkap WHO dalam pernyataan tertulisnya.

“Tanpa keterbukaan, berbagi, dan kerja sama antarnegara, dunia ini tidak dapat mencegah dan mempersiapkan diri menghadapi epidemi dan pandemi di masa depan secara memadai.”

WHO menceritakan bagaimana pada 31 Desember 2019, kantor perwakilan di China membaca pernyataan pers dari otoritas kesehatan di Wuhan terkait kasus-kasus “pneumonia menular” di kota itu.

“Berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-tahun setelahnya, COVID-19 telah membentuk hidup kita dan dunia kita,” ungkap badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut.

“Sambil memperingati tonggak sejarah ini, mari kita mengheningkan cipta untuk menghormati hidup banyak orang yang berubah dan telah hilang, menghargai orang-orang yang masih menderita COVID-19 dan COVID berkepanjangan, mengungkapkan rasa syukur kepada para petugas kesehatan yang banyak berkorban untuk merawat kita, serta berkomitmen untuk belajar dari COVID-19 demi membangun masa depan yang lebih sehat.”

Kelemahan-kelemahan yang Sama

Awal bulan ini, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyinggung masalah apakah dunia lebih siap menghadapi pandemi berikutnya ketimbang saat menghadapi COVID-19.

“Jawabannya ya dan tidak,” ungkapnya dalam konferensi pers.

“Apabila pandemi berikutnya terjadi hari ini, dunia masih akan menghadapi beberapa kelemahan dan kerentanan yang sama, yang menyebabkan COVID-19 bercokol lima tahun lalu.”

“Namun, dunia juga telah belajar banyak pelajaran menyakitkan yang diajarkan pandemi kepada kita, dan telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk memperkuat pertahanannya dari epidemi dan pandemi yang akan datang.”

Pada Desember 2021, dihantui oleh kehancuran yang disebabkan oleh COVID-19, negara-negara di dunia memutuskan untuk mulai menyusun suatu perjanjian tentang pencegahan, kesiapan dan tanggapan terhadap pandemi.

Seluruh 194 negara anggota WHO yang merundingankan perjanjian tersebut telah menyepakati sebagian besar isi perjanjian, tapi masih terganjal urusan praktis.

Pangkal masalahnya ada di antara negara-negara Barat bersama sektor industri farmasi besar dengan negara-negara yang lebih miskin, yang khawatir akan dikesampingkan ketika pandemi berikutnya terjadi.

Meski masalah yang belum terselesaikan sedikit, masalah tersebut mencakup inti dari perjanjian yang disusun, yaitu kewajiban untuk segera membagikan patogen yang muncul dan manfaat penanggulangan pandemi yang diperoleh dari patogen tersebut, seperti vaksin.

Tenggat perundingan perjanjian itu adalah Mei 2025. [rd/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG