BAGHDAD, IRAK —
Serangan-serangan ini terjadi pada peringatan 10 tahun invasi pimpinan Amerika yang menggulingkan rejim Saddam Hussein.
Petugas bantuan bergegas mencari korban yang selamat – umumnya warga sipil – ketika beberapa bom meledak secara beruntun pada puncak jam sibuk Selasa pagi. Pemeriksaan keamanan pada ratusan pos keamanan di kota itu menimbulkan kemacetan parah di beberapa daerah.
Sejumlah warga mengatakan ini merupakan serangan terbanyak dalam satu hari beberapa tahun terakhir ini.
Beberapa hari sebelumnya, ledakan-ledakan di Irak Selatan menewaskan 10 orang dan beragam serangan terkoordinasi pada gedung-gedung pemerintah di Baghdad menewaskan puluhan lainnya.
Banyak orang melihat serangan-serangan ini sebagai pernyataan kelompok oposisi bahwa perlawanan mereka lewat aksi kekerasan akan terus berlanjut.
Ledakan-ledakan tersebut – yang umumnya terjadi di daerah-daerah yang didominasi warga Syiah – juga meningkatkan kekhawatiran atas gelombang kekerasan berbasis sektarian pada peringatan sepuluh tahun invasi pimpinan Amerika ke Irak. Lebih dari 100 ribu orang tewas semasa perang tersebut, sementara perlawanan bersenjata dan konflik sektarian terus berlanjut.
Konflik itu telah memperburuk ketegangan antara anggota komunitas Sunni dan Syiah di Irak, dan juga dengan etnis Kurdi yang telah memiliki daerah otonomi di Irak Utara.
Para ekstrimis Islam yang berafiliasi dengan Al-Qaeda juga melancarkan serangan untuk melemahkan pemerintah yang dipimpin Syiah.
Kepala Pusat Analisis Politik di Baghdad – Hadi Jallo Made – mengatakan tidak banyak warga Irak yang mau menggunakan kekerasan guna mendorong agenda politik, keagamaan atau ideologi mereka.
Hadi Jallo mengatakan perbedaan-perbedaan semacam itu dapat mendorong kelompok-kelompok ini menuju konflik sektarian. Ia menambahkan kebanyakan rakyat Irak benci aksi kekerasan oleh para milisi dan kelompok dengan ideologi radikal.
Rakyat Irak umumnya – seperti pemilik warung kopi Haitham Bashar – mengatakan kurangnya keamanan kini mengganggu perekonomian, yang masih berjuang untuk pulih dari perang selama puluhan tahun dan sanksi-sanksi ekonomi.
Haitham Bashar mengatakan tidak ada kegiatan ekonomi di pasar karena situasi yang ycangat buruk, tidak adanya keamanan, dan buruknya kebijakan-kebijakan pemerintah dan para politisi.
Sepuluh tahun setelah jatuhnya Saddam Hussein, banyak warga Irak yang marah atas kurangnya keamanan, lemahnya layanan publik dan pertikaian diantara para politisi.
Sebagian warga mengatakan hidup kadangkala lebih baik di bawah kediktatoran brutal Saddam Hussein. Tetapi warga Irak umumnya mengatakan tidak ingin kembali mengalami konflik seperti yang terjadi belakangan ini.
Petugas bantuan bergegas mencari korban yang selamat – umumnya warga sipil – ketika beberapa bom meledak secara beruntun pada puncak jam sibuk Selasa pagi. Pemeriksaan keamanan pada ratusan pos keamanan di kota itu menimbulkan kemacetan parah di beberapa daerah.
Sejumlah warga mengatakan ini merupakan serangan terbanyak dalam satu hari beberapa tahun terakhir ini.
Beberapa hari sebelumnya, ledakan-ledakan di Irak Selatan menewaskan 10 orang dan beragam serangan terkoordinasi pada gedung-gedung pemerintah di Baghdad menewaskan puluhan lainnya.
Banyak orang melihat serangan-serangan ini sebagai pernyataan kelompok oposisi bahwa perlawanan mereka lewat aksi kekerasan akan terus berlanjut.
Ledakan-ledakan tersebut – yang umumnya terjadi di daerah-daerah yang didominasi warga Syiah – juga meningkatkan kekhawatiran atas gelombang kekerasan berbasis sektarian pada peringatan sepuluh tahun invasi pimpinan Amerika ke Irak. Lebih dari 100 ribu orang tewas semasa perang tersebut, sementara perlawanan bersenjata dan konflik sektarian terus berlanjut.
Konflik itu telah memperburuk ketegangan antara anggota komunitas Sunni dan Syiah di Irak, dan juga dengan etnis Kurdi yang telah memiliki daerah otonomi di Irak Utara.
Para ekstrimis Islam yang berafiliasi dengan Al-Qaeda juga melancarkan serangan untuk melemahkan pemerintah yang dipimpin Syiah.
Kepala Pusat Analisis Politik di Baghdad – Hadi Jallo Made – mengatakan tidak banyak warga Irak yang mau menggunakan kekerasan guna mendorong agenda politik, keagamaan atau ideologi mereka.
Hadi Jallo mengatakan perbedaan-perbedaan semacam itu dapat mendorong kelompok-kelompok ini menuju konflik sektarian. Ia menambahkan kebanyakan rakyat Irak benci aksi kekerasan oleh para milisi dan kelompok dengan ideologi radikal.
Rakyat Irak umumnya – seperti pemilik warung kopi Haitham Bashar – mengatakan kurangnya keamanan kini mengganggu perekonomian, yang masih berjuang untuk pulih dari perang selama puluhan tahun dan sanksi-sanksi ekonomi.
Haitham Bashar mengatakan tidak ada kegiatan ekonomi di pasar karena situasi yang ycangat buruk, tidak adanya keamanan, dan buruknya kebijakan-kebijakan pemerintah dan para politisi.
Sepuluh tahun setelah jatuhnya Saddam Hussein, banyak warga Irak yang marah atas kurangnya keamanan, lemahnya layanan publik dan pertikaian diantara para politisi.
Sebagian warga mengatakan hidup kadangkala lebih baik di bawah kediktatoran brutal Saddam Hussein. Tetapi warga Irak umumnya mengatakan tidak ingin kembali mengalami konflik seperti yang terjadi belakangan ini.