Sebuah perusahaan Taiwan yang sebelumnya mengalami kesulitan untuk mendapat laba dalam bisnis tekstil tradisional, berkembang kembali dengan menggunakan bubuk kopi untuk meningkatkan kualitas tekstil biasa dalam pakaian.
Sejak tahun 2009, Singtex Industrial Company of New Taipei City menampung limbah dari dua gerai kopi utama secara gratis dan menggunakannya untuk produksi sepatu, jaket, celana dan tas. Perusahaan itu mengatakan bubuk kopi menghilangkan bau, membantu tekstil kering lebih cepat dari biasanya dan melindungi dari sinar ultraviolet.
Manajer bidang merek perusahaan Singtex Chiang Po-wei mengatakan ide itu muncul dari penggunaan bubuk kopi sebagai penghilang bau.
Dia mengatakan orang-orang biasanya menganggap bubuk kopi sebagai sampah, tapi sebenarnya dapat digunakan secara efektif untuk mengurangi bau di lemari sepatu, lemari es dan bahkan ruangan merokok. Dengan mengembangkan hal itu ke tingkat berikutnya, Chiang mengatakan, CEO Singtex melakukan penelitian selama empat tahun untuk menerapkannya dalam produk tekstil.
Singtex didirikan tahun 1989 dan dikembangkan di Tiongkok tahun 1990-an untuk menekan biaya produksi, sampai perusahaan itu akhirnya menyadari bahwa buruh yang kurang terlatih merupakan penyebab rendahnya kualitas tekstil. Setelah keluar dari Tiongkok, CEO Jason Chen memutuskan untuk menargetkan pasar yang lebih tinggi. Jason Chen memperkerjakan 220 stafnya untuk memproduksi tekstil yang lebih mahal dengan fokus ramah lingkungan. Ia menjalankan praktek tersebut sejak tahun 1994.
Suatu hari ketika Chen dan istrinya, yang juga mitra bisnisnya, minum kopi, mereka mulai bertanya-tanya apakah bubuk kopi dapat direkayasakan ke dalam tekstil untuk menyerap bau. Staf perusahaan itu mulai melakukan penelitan tahun 2006.
Kini di Singtex, 1,5 persen dari bahan tekstilnya terbuat dari bubuk kopi, dan bahan utamanya terbuat dari poliester. Pabrik itu membutuhkan 500 kilogram bubuk kopi per harinya, dan memproduksi 10 juta meter kain tahun lalu. Jumlah itu meningkat karena 100 klien perusahaan Singtex menginginkan lebih banyak kopi dalam tekstil mereka. Klien-klien perusahaan itu antara lain produsen sepatu Asics, perusahaan garmen Timberland dan desainer pakaian dalam wanita Wacoal.
Sasa Kung, manajer pemasaran untuk Timberland di Taipei, mengatakan toko-toko mereka di seluruh dunia telah menimbulkan rasa ingin tahu karena menggunakan label pakaian bertanda "S.Cafe," label Singtex. Toko Timberland di Asia menjual 2.000 pakaian berbahan kopi setiap tahunnya.
Ia mengatakan para pelanggan tertarik setelah mengetahui kopi dapat digunakan dalam tekstil untuk pakaian atau sepatu, yang akhirnya menimbulkan minat mereka untuk membeli. Ia menjelaskan kepada pelanggan bahwa bubuk kopi sudah terkandung di dalam bahan pakaian oleh karenanya kemampuan menghilangkan bau sudah ada di dalam pakaian tersebut.
Satu-satunya pengecualian adalah bau kopi tidak tercium. Bahkan tidak terlihat pada pakaian. Bahan kopi juga berpengaruh kecil terhadap harga, kata manajer Timberland. Tapi itu membuat Singtex meraup banyak laba. Singtex tidak ingin menyebutkan jumlah laba mereka karena takut menimbulkan kecemburuan dari perusahaan-perusahaan saingan.
Sejak tahun 2009, Singtex Industrial Company of New Taipei City menampung limbah dari dua gerai kopi utama secara gratis dan menggunakannya untuk produksi sepatu, jaket, celana dan tas. Perusahaan itu mengatakan bubuk kopi menghilangkan bau, membantu tekstil kering lebih cepat dari biasanya dan melindungi dari sinar ultraviolet.
Manajer bidang merek perusahaan Singtex Chiang Po-wei mengatakan ide itu muncul dari penggunaan bubuk kopi sebagai penghilang bau.
Dia mengatakan orang-orang biasanya menganggap bubuk kopi sebagai sampah, tapi sebenarnya dapat digunakan secara efektif untuk mengurangi bau di lemari sepatu, lemari es dan bahkan ruangan merokok. Dengan mengembangkan hal itu ke tingkat berikutnya, Chiang mengatakan, CEO Singtex melakukan penelitian selama empat tahun untuk menerapkannya dalam produk tekstil.
Singtex didirikan tahun 1989 dan dikembangkan di Tiongkok tahun 1990-an untuk menekan biaya produksi, sampai perusahaan itu akhirnya menyadari bahwa buruh yang kurang terlatih merupakan penyebab rendahnya kualitas tekstil. Setelah keluar dari Tiongkok, CEO Jason Chen memutuskan untuk menargetkan pasar yang lebih tinggi. Jason Chen memperkerjakan 220 stafnya untuk memproduksi tekstil yang lebih mahal dengan fokus ramah lingkungan. Ia menjalankan praktek tersebut sejak tahun 1994.
Suatu hari ketika Chen dan istrinya, yang juga mitra bisnisnya, minum kopi, mereka mulai bertanya-tanya apakah bubuk kopi dapat direkayasakan ke dalam tekstil untuk menyerap bau. Staf perusahaan itu mulai melakukan penelitan tahun 2006.
Kini di Singtex, 1,5 persen dari bahan tekstilnya terbuat dari bubuk kopi, dan bahan utamanya terbuat dari poliester. Pabrik itu membutuhkan 500 kilogram bubuk kopi per harinya, dan memproduksi 10 juta meter kain tahun lalu. Jumlah itu meningkat karena 100 klien perusahaan Singtex menginginkan lebih banyak kopi dalam tekstil mereka. Klien-klien perusahaan itu antara lain produsen sepatu Asics, perusahaan garmen Timberland dan desainer pakaian dalam wanita Wacoal.
Sasa Kung, manajer pemasaran untuk Timberland di Taipei, mengatakan toko-toko mereka di seluruh dunia telah menimbulkan rasa ingin tahu karena menggunakan label pakaian bertanda "S.Cafe," label Singtex. Toko Timberland di Asia menjual 2.000 pakaian berbahan kopi setiap tahunnya.
Ia mengatakan para pelanggan tertarik setelah mengetahui kopi dapat digunakan dalam tekstil untuk pakaian atau sepatu, yang akhirnya menimbulkan minat mereka untuk membeli. Ia menjelaskan kepada pelanggan bahwa bubuk kopi sudah terkandung di dalam bahan pakaian oleh karenanya kemampuan menghilangkan bau sudah ada di dalam pakaian tersebut.
Satu-satunya pengecualian adalah bau kopi tidak tercium. Bahkan tidak terlihat pada pakaian. Bahan kopi juga berpengaruh kecil terhadap harga, kata manajer Timberland. Tapi itu membuat Singtex meraup banyak laba. Singtex tidak ingin menyebutkan jumlah laba mereka karena takut menimbulkan kecemburuan dari perusahaan-perusahaan saingan.