Calon Wakil Presiden nomor urut satu Ma’ruf Amin Minggu sore (4/11) meresmikan “Rumah Aspirasi” di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, yang diharapkan dapat menjadi wadah berkomunikasi dan menyalurkan aspirasi secara baik dan santun.
Ma’ruf menilai pendirian wadah ini penting karena di Indonesia kini banyak Al-Makiyun, yang artinya bukanlah ahli Mekah, melainkan ahlli memaki. “Rumah Aspirasi” diharapkan akan mengubah atau membuat warga Indonesia hijrah ke arah yang lebih baik lagi dan tidak saling memaki satu sama lainnya.
"Bahasa yang sering di pakai oleh Pak Jokowi, kita akan hijrah kearah yang lebih baik dari ketidakbaikan, dari komunikasi yang kurang lancar, komunikasi yang berbenturan, konflik, dari cara maki-maki, nah di Indonesia ini banyak Al-Makiyun.Al-Makiyun itu bukan ahli Mekah, tapi ahli maki-maki. Jadi kita ubah cara berkomunikasi itu dengan cara-cara yang santun, yang baik, dan kita ingin wujudkan itu di dalam rumah aspirasi ini," katanya.
Ma’ruf menjelaskan bahwa selama kepemimpinan Jokowi empat tahun ini, sudah menunjukkan perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, ia berharap rumah aspirasi tersebut dapat memfasilitasi warga untuk menyampaikan aspirasi, gagasan sehingga bisa tercipta program-program yang inspiratif demi kemajuan Indonesia di masa yang akan datang.
"Saya berharap rumah aspirasi ini rumah menyampaikan aspirasi, rumah tempat orang berkreasi, rumah untuk berkomunikasi, berinteraksi untuk menyampaikan gagasan-gagasan maupun pandangan-pandangan atau juga kreatifitas di bidang kebudayaan misalnya, sehingga akan melahirkan semangat perbaikan dan perubahan ke depan," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Direktur Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf yang juga merupakan Kepala Kantor “Rumah Aspirasi” Deddy Sitorus mengatakan menurut rencana forum ini akan menjadi ruang interaksi publik yang bisa didatangi oleh masyarakat,siapa pun juga. Ditambahkannya, forum ini cocok untuk mereka yang tidak menyukai bahasan politik yang terlalu berat.
"Saya kira ini sebuah pendekatan baru yang kita tawarkan, sebuah ruang publik, dimana semua orang bisa berinteraksi dengan keramaian kampanye dengan tidak harus ribet dengan hard politic. Jadi kita akan menyiapkan tempat ini menjadi ruang publik, kita mengisi acara hari Selasa sampai hari Minggu, berbagai macam kegiatan," jelasnya.
Deddy menjelaskan rumah aspirasi ini akan dibuka untuk umum dari hari Selasa sampai hari Minggu dengan topik diskusi beranekaragam. Pada hari Selasa yang disebut dengan Political Day, akan diisi diskusi tentang politik dalam skala luas, jadi bisa mencakup soal demokrasi, pemerintahan, pemilu hingga hal yang lebih ringan.
Hari Rabu akan menjadi hari kebudayaan, dimana bakal ada pertunjukan seni budaya Indonesia. Hari Kamis merupakan hari pinter bareng, yang diisi diskusi mengenai kemajuan Indonesia. Hari Jumat, akan menampilkan pertunjukan musik, yang sekaligus mengajak warga menampilkan kepiawaian mereka dalam bermusik.
Hari Sabtu khusus diperuntukkan bagi para millenals, atau mereka yang lahir di antara tahun 1980an hingga 1997. Mereka dapat berdikusi tentang berbagai informasi terkini seperti start up bussines, teknologi, informasi teknologi, kecerdasan buatan dan sebagainya.
Sementara untuk Minggu, “Rumah Aspirasi” akan dipersembahkan bagi kaum perempuan keren dari pagi hingga malam.
Pengamat Politik Gun Gun Heryanto mengatakan ide pembentukan “Rumah Aspirasi” ini merupakan ide yang cukup baik pada masa kampanye, tetapi menurutnya, akan lebih baik jika terus berlanjut agar warga tetap dapat menyalurkan aspirasi mereka dan sekaligus mengawal jalannya pemerintahan yang baru kelak.Ditambahkannya, hal ini akan memposisikan masyarakat tidak lagi sekedar menjadi sarana mendulang suara saja, tetapi juga ikut didengar ketika membuat kebijakan sehingga kedekatan antara rakyat dan pemimpin terjalin lebih baik.
"Warga itu lagi-lagi tidak diposisikan penting sebagai penambah suara, karena eranya kan sekarang era partisipasi. Sebenarnya dukungan warga tidak harus diminta-minta, akan mengalir deras begitu saja kalau mereka real terlibat. Eranya kan sekarang ini eranya kehadiran transformative leader bukan hanya populis dalam artian mungkin dianggap sederhana, merakyat, tapi juga benar-benar merakyat dalam artian keterlibatan masyarakat untuk menyalurkan aspirasi," ujar Gun Gun.