Tautan-tautan Akses

Macron Berencana Melawat ke Rwanda


Presiden Perancis Emmanuel Macron berbicara dengan wartawan di Paris, 29 April 2021. (Foto: AP)
Presiden Perancis Emmanuel Macron berbicara dengan wartawan di Paris, 29 April 2021. (Foto: AP)

Presiden Perancis Emmanuel Macron, Selasa (18/5), mengatakan ia akan melakukan lawatan pertama ke Rwanda pada akhir bulan ini, suatu kemungkinan terobosan hubungan yang dibayangi oleh peran Perancis dalam genosida tahun 1994.

“Saya ingin memastikan bahwa saya akan melawat ke Rwanda pada akhir bulan ini. Lawatan ini akan menjadi salah satu kegiatan politik, untuk mengenang, dan juga ekonomi,” ujar Macron pada akhir KTT Afrika di Paris.

Ditambahkannya, ia telah bersepakat dengan mitranya – Presiden Rwanda Paul Kagame – yang ditemui di sela-sela KTT hari Senin (17/5) “untuk menulis lembaran baru dalam hubungan kedua negara.”

Presiden Prancis Emmanuel Macron (kiri) menyambut Presiden Rwanda Paul Kagame pada saat kedatangannya untuk makan malam di Istana Kepresidenan Elysee di Paris, pada 17 Mei 2021. (Foto: AFP/Ludovic Marin)
Presiden Prancis Emmanuel Macron (kiri) menyambut Presiden Rwanda Paul Kagame pada saat kedatangannya untuk makan malam di Istana Kepresidenan Elysee di Paris, pada 17 Mei 2021. (Foto: AFP/Ludovic Marin)

Lawatan Macron ini akan menjadi yang pertama dilakukan oleh seorang presiden Perancis sejak kunjungan Nicolas Sarkozy ke negara itu tahun 2010.

Kagame, Senin (17/5), mengatakan pada wartawan di stasiun televisi France 24 dan Radio RFI bahwa Rwanda dan Perancis memiliki “landasan yang baik” untuk menciptakan hubungan setelah sebuah laporan penting yang mengakui tanggungjawab Perancis dalam genosida tahun 1994. “Kita dalam proses normalisasi,” tambahnya.

Macron berupaya memulihkan hubungan dengan Rwanda dengan memerintahkan kajian oleh para sejarawan tentang peran pasukan Perancis dalam genosida yang menewaskan sekitar 800 ribu orang itu. Dalam laporan Maret lalu itu disimpulkan bahwa Perancis telah “menutup mata” terhadap persiapan pembantaian etnis Tutsi oleh rejim Hutu yang didukung Perancis.

Kagame sebelumnya telah menuduh Perancis “ikut serta” dalam genosida itu, tetapi ia mengatakan telah menerima temuan dari Komisi Perancis yang menyatakan bahwa negara itu tidak terlibat dalam pembantaian tersebut. “Bukan tergantung pada saya untuk menyimpulkan apa yang harus kami sampaikan,” ujar Kagame. Ditambahkannya, “ini merupakan sesuatu yang dapat saya akomodasi.” [em/lt]

Recommended

XS
SM
MD
LG