Maestro Biola Indonesia, Tengku Ryo, belum lama ini berhasil memikat warga internasional lewat penampilannya di ajang tahunan Couture Fashion Week di kota New York, yang pada waktu itu juga menggelar koleksi pakaian dan asesoris dari tujuh desainer Indonesia, antara lain Yurita Puji, Agus Lahinta, Geraldus Sugeng, dan Silka Mitrasari. Ini adalah penampilan solo Tengku Ryo yang kedua kalinya di panggung Couture fashion Week, setelah sebelumnya tampil di ajang yang sama pada tahun 2015.
Tidak hanya gesekan biolanya yang berhasil memukau baik para penonton lokal maupun internasional yang hadir, tetapi kostum berbahan kain songket Deli yang dikenakannya juga berhasil membuat mereka penasaran.
“Ketika pertunjukkan di (New York) itu membawakan lagu yang saya buat sendiri, yang berjudul Zapin Songket Nusantara, karena dalam konteksnya sedang mempromokan juga kain songket tradisional melayu Indonesia di forum itulah,” kata Tengku Ryo kepada VOA baru-baru ini.
Dalam kesempatan itu, Tengku Ryo juga menjelaskan mengenai bahan dan filosofi dari songket yang ia kenakan kepada para penonton dan model yang bertanya.
“Salah satu penonton dari Perancis itu dia banyak bertanya. Baju yang saya pakai juga mereka mau beli,” ujar pria kelahiran Medan ini.
“Kita cuman cukup menjelaskan saja, kain ini berasal dari apa, bagaimana cara membuatnya, kemudian apa filosofinya,” tambahnya.
Inilah yang mendorong Tengku Ryo untuk lebih semangat lagi memperkenalkan kain songket di kancah internasional
'Ini yang sedang kita bicarakan, karena peminatnya begitu banyak jadi kita akan upayakan untuk bisa juga mengirim desainer-desainer yang menggunakan bahan songket pada acara berikutnya ya," kata Tengku Ryo.
Dwitra Zaky, pendiri event organizer, Brama International di AS yang ikut mengurus pagelaran busana para desainer Indonesia dan juga penampilan Tengku Ryo di ajang Couture Fashion Week 2017 membenarkan rencara tersebut. Mereka berencana membawa beberapa desainer Sumatera dan produk-produk songket bulan Februari 2018.
Menurut musisi yang sudah pernah tampil di berbagai negara, antara lain Bosnia, Cina, Italia, Perancis, dan Turki ini, musik dan kain tradisional bisa menjadi satu paket untuk memperkenalkan warisan budaya Indonesia di kancah internasional. Musik dan kain songket pun menurutnya memiliki ikatan tersendiri.
“Ketika kita memperagakan songket, tapi kemudian misalnya musiknya dikasih musik latin, itu enggak nyambung. Harus seiring dengan musiknya, karena memang songket itu kan tenun ya, tenun yang dari benang per benangnya, kemudian pola motifnya dan segala macam itu, jika katakanlah benang-benang itu bisa berbunyi, itulah melodi yang dalam musik melayu juga. Ikatannya sangat kuat, karena di dalam tiap lekuk songket itu terdapat irama melodi,” jelas musisi yang sudah pernah merilis dua album ini.
Tidak ketinggalan, melalui musiknya, Tengku Ryo juga selalu berusaha memperkenalkan irama dan melodi melayu Indonesia yang terkadang masih terdengar asing di telinga warga internasional, sehingga membuat mereka bertanya-tanya.
“Yang coba saya tawarkan adalah memainkan musik apa pun, tapi dengan dialek atau pun dengan langgamnya melayu gitu, apakah itu membawakan lagu jazz atau apa gitu, tetapi cengkoknya atau intonasinya itu adalah intonasinya dari budaya kita,” kata Tengku Ryo.
Untuk ke depannya, Tengku Ryo akan terus berusaha mengeksplorasi kebudayaan Indonesia, khususnya melalui musik tradisional, sebagai salah satu produk yang bisa membantu memperkenalkan keunikan Indonesia. Tidak hanya di bidang pariwisata, menurut Tengku Ryo masih banyak hal yang luar biasa di Indonesia yang masih belum dieksplorasi untuk diperkenalkan ke warga internasional yang haus akan sesuatu yang baru.
“Ikut sertalah dalam pencanangan pemerintah itu, menyambut pasar global. Kalau kita punya komoditi sepetti itu kan akhirnya nanti menjadi suatu sorotan juga bagi produk-produk yang lain,” pungkas Tengku Ryo. [di/ra]