NEW DELHI —
Tiga mahasiswa/mahasiswi di negara bagian Chennai, India, telah menciptakan alat anti-pemerkosaan yang dilengkapi dengan alat pelacak GPS, yang mereka klaim pada Selasa (9/4) akan menjadi "solusi instan" untuk serangan seksual terhadap para perempuan di India, seperti kasus pemerkosaan beramai-ramai dalam bus yang berujung kematian korban di New Delhi, Desember lalu.
Para mahasiswa tersebut telah menciptakan pakaian dalam anti-pemerkosaan yang dilengkapi GPS dan mampu melumpuhkan pemerkosa dengan kejutan listrik 3.800 kilovolt yang juga akan memperingatkan polisi ketika diaktivasi.
Dengan bentuk seperti baju tidur dengan kawat di antara payudara, pakaian tersebut -- diberi nama Society Harnessing Equipment (S.H.E.) - mengalirkan listrik kepada penyerang saat ia mencoba menekan tubuh perempuan, menghubungkan sebuah sirkuit di dalam pakaian tersebut.
Trio mahasiswa teknik dari sebuah universitas di Chennai itu mengatakan, ide inovasi tersebut dipicu penyerangan brutal terhadap mahasiswa berusia 23 tahun yang diperkosa beramai-ramai dalam sebuah bus yang bergerak di New Delhi Desember lalu, yang membuat ngeri seluruh dunia.
Gadis itu kemudian meninggal di sebuah rumah sakit di Singapura, memancing debat di seluruh negeri mengenai keselamatan perempuan di India dan kurangnya undang-undang anti pemerkosaan di negara itu.
Salah satu pencipta pakaian dalam tersebut, mahasiswi bernama Rimpi Tripathi, mengatakan produk tersebut tidak hanya melindungi perempuan namun juga memberikan hukuman instan bagi pelaku serangan.
"Kami ingin memberikan solusi, sebuah solusi instan, dan hukuman di tempat, agar hal ini dapat mencegah orang yang mencoba memperkosa perempuan, memberikannya kejutan dan membuatnya takut. Diharapkan ia tidak akan pernah lagi bermimpi memperkosa atau memegang perempuan dengan niat jahat," ujarnya.
Kerja keras selama berbulan-bulan, perencanaan yang teliti dan penciptaan sirkuit listrik sensitif yang tidak akan membahayakan pemakai merupakan nilai penting inovasi tersebut, ujar Rimpi.
Niladri Basubal, anggota trio itu, mengatakan kejutan awal mampu melumpuhkan penyerang dan akan diikuti dengan serangkaian kejutan listrik, sampai 82 kali untuk memastikan penyerang menghentikan aksinya.
Trio ini sedang bekerja untuk memastikan produk ini tahan air dan dapat dihubungkan dengan telepon selular lewat Bluetooth.
Tripathi mengatakan ketiganya menghabiskan banyak waktu dan riset untuk menciptakan lapisan insulasi dalam pakaian dalam tersebut untuk mencegahnya mengeluarkan aliran listrik terhadap pemakai.
Tim tersebut juga berupaya mencari kain yang sesuai, agar perempuan dapat mencucinya seperti baju biasa, sebelum tersedia di pasar.
Manisha Mohan mengatakan mereka tidak dapat memperlihatkan prototipe sebenarnya dari produk tersebut sampai persetujuan untuk hak paten diberikan. Perempuan muda itu menambahkan produk tersebut memiliki keuntungan lebih besar dibandingkan alat pemberi kejutan listrik dan semprotan, karena mengurangi waktu reaksi.
Mereka juga telah berbicara dengan berbagai investor dan perusahaan untuk memproduksi dan memasarkan produk secara massal begitu hak paten diberikan dan produk disempurnakan.
Perempuan-perempuan seperti Shanjali Sharma dari universitas S.R.M. yang sama di Chennai, memuji inovasi tersebut, yang disebutnya tonggak sejarah dalam melindungi perempuan jika dikembangkan dengan benar.
"Sekarang ini sangat sulit bagi perempuan untuk bepergian, rasanya tidak selamat, apalagi di Chennai, dalam kereta dan bus. Jadi inovasi ini sebenarnya sangat membantu kita semua dan saya harap mereka menyempurnakannya," ujarnya.
Pihak berwenang di India kesulitan memerangi kejahatan terhadap perempuan yang terus meningkat, termasuk kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan, perdagangan manusia dan pemerkosaan.
India sebetulnya memiliki undang-undang gender yang komprehensif, namun tidak ditegakkan, sebagian karena sudut pandang feodal di antara para birokrat, hakim dan polisi di negara tersebut. (Reuters)
Para mahasiswa tersebut telah menciptakan pakaian dalam anti-pemerkosaan yang dilengkapi GPS dan mampu melumpuhkan pemerkosa dengan kejutan listrik 3.800 kilovolt yang juga akan memperingatkan polisi ketika diaktivasi.
Dengan bentuk seperti baju tidur dengan kawat di antara payudara, pakaian tersebut -- diberi nama Society Harnessing Equipment (S.H.E.) - mengalirkan listrik kepada penyerang saat ia mencoba menekan tubuh perempuan, menghubungkan sebuah sirkuit di dalam pakaian tersebut.
Trio mahasiswa teknik dari sebuah universitas di Chennai itu mengatakan, ide inovasi tersebut dipicu penyerangan brutal terhadap mahasiswa berusia 23 tahun yang diperkosa beramai-ramai dalam sebuah bus yang bergerak di New Delhi Desember lalu, yang membuat ngeri seluruh dunia.
Gadis itu kemudian meninggal di sebuah rumah sakit di Singapura, memancing debat di seluruh negeri mengenai keselamatan perempuan di India dan kurangnya undang-undang anti pemerkosaan di negara itu.
Salah satu pencipta pakaian dalam tersebut, mahasiswi bernama Rimpi Tripathi, mengatakan produk tersebut tidak hanya melindungi perempuan namun juga memberikan hukuman instan bagi pelaku serangan.
"Kami ingin memberikan solusi, sebuah solusi instan, dan hukuman di tempat, agar hal ini dapat mencegah orang yang mencoba memperkosa perempuan, memberikannya kejutan dan membuatnya takut. Diharapkan ia tidak akan pernah lagi bermimpi memperkosa atau memegang perempuan dengan niat jahat," ujarnya.
Kerja keras selama berbulan-bulan, perencanaan yang teliti dan penciptaan sirkuit listrik sensitif yang tidak akan membahayakan pemakai merupakan nilai penting inovasi tersebut, ujar Rimpi.
Niladri Basubal, anggota trio itu, mengatakan kejutan awal mampu melumpuhkan penyerang dan akan diikuti dengan serangkaian kejutan listrik, sampai 82 kali untuk memastikan penyerang menghentikan aksinya.
Trio ini sedang bekerja untuk memastikan produk ini tahan air dan dapat dihubungkan dengan telepon selular lewat Bluetooth.
Tripathi mengatakan ketiganya menghabiskan banyak waktu dan riset untuk menciptakan lapisan insulasi dalam pakaian dalam tersebut untuk mencegahnya mengeluarkan aliran listrik terhadap pemakai.
Tim tersebut juga berupaya mencari kain yang sesuai, agar perempuan dapat mencucinya seperti baju biasa, sebelum tersedia di pasar.
Manisha Mohan mengatakan mereka tidak dapat memperlihatkan prototipe sebenarnya dari produk tersebut sampai persetujuan untuk hak paten diberikan. Perempuan muda itu menambahkan produk tersebut memiliki keuntungan lebih besar dibandingkan alat pemberi kejutan listrik dan semprotan, karena mengurangi waktu reaksi.
Mereka juga telah berbicara dengan berbagai investor dan perusahaan untuk memproduksi dan memasarkan produk secara massal begitu hak paten diberikan dan produk disempurnakan.
Perempuan-perempuan seperti Shanjali Sharma dari universitas S.R.M. yang sama di Chennai, memuji inovasi tersebut, yang disebutnya tonggak sejarah dalam melindungi perempuan jika dikembangkan dengan benar.
"Sekarang ini sangat sulit bagi perempuan untuk bepergian, rasanya tidak selamat, apalagi di Chennai, dalam kereta dan bus. Jadi inovasi ini sebenarnya sangat membantu kita semua dan saya harap mereka menyempurnakannya," ujarnya.
Pihak berwenang di India kesulitan memerangi kejahatan terhadap perempuan yang terus meningkat, termasuk kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan, perdagangan manusia dan pemerkosaan.
India sebetulnya memiliki undang-undang gender yang komprehensif, namun tidak ditegakkan, sebagian karena sudut pandang feodal di antara para birokrat, hakim dan polisi di negara tersebut. (Reuters)