Mahasiswa universitas Korea Selatan Ryu Chaeyeon menghabiskan sebagian besar musim panas dengan terpaku pada ponselnya, mencoba mencari sumber vaksin virus corona.
"Saya memperbaharui aplikasi sepanjang hari. Saya mulai keluar rumah jam 10 pagi dan memperbaharuinya sepanjang hari," katanya kepada Associated Press.
Aplikasi yang dimaksud Ryu adalah aplikasi messenger Korea Selatan 'Kakao' yang mengirimkan alarm pemberitahuan ketika ada sisa vaksin di klinik-klinik.
Ryu adalah salah satu dari banyak kaum milenial dan mahasiswa Korea Selatan yang berlomba-lomba untuk mendapatkan sisa vaksin karena di negara tersebut, yang langkah-langkah pencegahan pandeminya sebelumnya disebut berhasil, sedang berjuang untuk memvaksinasi warganya. Korea Selatan baru memvaksinasi penuh, kurang dari seperlima populasinya karena kekurangan vaksin, sehingga warganya yang lebih muda berebut untuk mendapatkan sisa vaksin.
"Saya rasa, saya mengecek dan memperbaharui aplikasi ini ratusan, ribuan kali," kata Ryu.
Laporan media baru-baru ini, yang menyoroti persaingan sengit untuk memperoleh vaksin telah membuat kaum muda Korea Selatan yang canggih internet, bermain apa yang diistilahkan sebagai "Vaccimon Go" kata-kata yang mirip permainan seluler populer "Pokemon Go."
Anton Hur, seorang penerjemah yang berbasis di Incheon, berhasil memperoleh sisa vaksin melalui aplikasi ini.
"'Vaccimon Go' membutuhkan waktu yang lama," kata Hur.
Hur mengatakan karena ia seorang pekerja lepas, ia "sedikit beruntung" karena bisa memeriksa aplikasi itu kapan saja. Namun, itu tidak mudah, karena banyak sandungannya.
Seseorang diizinkan untuk mendaftar hingga di lima klinik pada aplikasi vaksin itu dan akan diberi tahu ketika ada sisa vaksin di klinik terdekat. Hur mengatakan strateginya adalah memilih "daerah yang lebih luas" dengan banyak klinik.
Alih-alih menunggu alarm, dia terus memperbaharui peta yang menunjukkan bendera yang mengindikasikan jumlah vaksin yang tersedia.
"Jika berwarna abu-abu, itu berarti ... tidak ada vaksin yang tersedia saat ini. Jadi kita harus terus memantaunya. Meskipun prosesnya melelahkan, semuanya berjalan sangat lancar setelah mendapatkan vaksin," kata Hur.
Penyebaran cepat varian Delta yang lebih menular, sebagian menjadi penyebab Korea Selatan melaporkan rekor 1.842 kasus baru pada Kamis (22/7), dan banyak mahasiswa pasca sarjana milenial seperti Charli Jin, di Seoul, frustrasi dengan kemajuan program vaksinasi negara itu.
"Saya terus-menerus memeriksa untuk melihat apakah ada tempat yang tersedia dan jika ada dan saya mengkliknya, tapi langsung hilang. Sudah terlambat. Begitu pemberitahuan muncul, saya mengira sudah merespons dalam waktu kurang dari satu detik ... tapi tetap saja masih belum berhasil. Jadi itu pasti membuat frustrasi," papar Jin.
Ia mengatakan telah menghapus kode sandi dari ponselnya sehingga ia bisa mengklik pemberitahuan vaksin lebih cepat
"Setengah detik sekalipun untuk pengenalan wajah atau mengetuk kode telepon, masih terlambat. Saya mengorbankan keamanan ponsel saya untuk mendapatkan vaksin," katanya.
Meski banyak tantangannya, pelajar dan mahasiswa di Korea Selatan menyadari upaya mereka menggunakan aplikasi ini perlu untuk menyelamatkan diri dan masa depan mereka sebagai generasi muda. [my/jm]