Tautan-tautan Akses

Mahasiswa Ubaya, Ubah Limbah Tebu Jadi Suvenir Khas Nusantara


Wenny Friskilla menunjukkan karyanya berupa miniatur permainan tradisional dari kulit ampas tebu (Foto:VOA/ Petrus Riski).
Wenny Friskilla menunjukkan karyanya berupa miniatur permainan tradisional dari kulit ampas tebu (Foto:VOA/ Petrus Riski).

Seorang mahasiswi di Surabaya memanfaatkan ampas tebu menjadi produk cinderamata miniatur permainan tradisional nusantara. Selain mengurangi limbah, Wenny Friskilla juga memperkenalkan permainan tradisional Indonesia kepada anak-anak melalui kreasinya.

Di tangan Wenny Friskilla, mahasiswi Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya, ampas tebu yang biasanya hanya menjadi limbah, diubah menjadi lima buah produk cinderamata berbentuk miniatur permainan tradisional.

Kelima miniatur permainan tradisional itu yakni permainan Lompat Batu dari Nias-Sumatera Utara, Geulayang Tunang-Layang Kleung dari Banda Aceh, Layang Kaghati dari Kendari-Sulawesi Tenggara, Kapal Jong dari Tanjung Pinang-Kepulauan Riau, serta Kapal Sandeq dari Mamuju-Sulawesi Barat.

Menurut Wenny, ide itu berangkat dari keinginannya memperkenalkan permainan tradisional dari berbagai daerah di Indonesia kepada anak-anak yang mungkin sudah asing dengan bentuk permainan tradisional di tengah gempuran permainan modern.

Mahasiswa Ubaya, Ubah Limbah Tebu Jadi Suvenir Khas Nusantara
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:45 0:00

“Saya mengangkat tema permainan tradisional karena seperti yang kita ketahui anak-anak zaman sekarang itu, mereka kurang mengenal permainan tradisional asal daerah mereka masing-masing. Oleh karena itu souvenir ini sebagai salah satu sarana untuk memperkenalkan permainan tradisional di Indonesia kepada anak-anak,” kata Wenny Friskilla.

Ide memanfaatkan kulit ampas tebu, dikatakan oleh Wenny, muncul setelah dia mengamati banyaknya ampas tebu yang dibuang begitu saja oleh para penjual minuman sari tebu yang banyak ditemui di Surabaya. Wenny berharap karyanya ini dapat membantu mengurangi limbah yang mengotori lingkungan.

“Saya melihat ternyata mereka menimbulkan limbah dan itu cukup mengganggu masyarakat. Terlebih ketika mereka mendiamkan limbah itu tanpa mengolah terlebih dahulu, sehingga menimbulkan bau untuk masyarakat. Jadi dari adanya peluang itu saya mencoba bereksperimen bagaimana limbah ampas tebu ini bisa diolah menjadi sesuatu yang lebih bernilai,” ujar Wenny.

Dua dari lima karya buatan Wenny Friskilla, miniatur permainan tradisional Indonesia yang terbuat dari kulit ampas tebu (Foto: VOA/ Petrus Riski).
Dua dari lima karya buatan Wenny Friskilla, miniatur permainan tradisional Indonesia yang terbuat dari kulit ampas tebu (Foto: VOA/ Petrus Riski).

Dibutuhkan waktu kurang lebih dua hari, untuk membuat satu produk miniatur permainan tradisional dari kulit ampas tebu. Wenny mengaku ingin mengembangkan karyanya dengan membuat lebih banyak lagi miniatur permainan tradisional dari seluruh Indonesia.

“Untuk selanjutnya sih saya memang ingin memasarkan lebih lanjut lagi. Jadi selama ini saya memasarkan produk baru melalui media sosial instragram. Setelah itu saya ingin mengembangkan lagi mungkin permainan tradisional bukan hanya dari lima daerah ini, mungkin berkembang lebih ke seluruh Indonesia,” lanjut Wenny.

Melalui akun Instagramnya, Wenny menjual kreasinya seharga Rp. 250 ribu per buah. Wenny ingin menunjukkan bahwa limbah yang dianggap tidak bernilai, ternyata bernilai ekonomis lebih tinggi dengan dijadikan produk kreatif.

Dosen pembimbing yang juga Ketua Program Studi Desain Produk, Fakultas Industri Kreatif (FIK) Universitas Surabaya, Guguh Sujatmiko mengatakan, produk kreatif dari limbah ini menjadi pilihan agar mahasiswa juga mampu mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya untuk masyarakat dan lingkungan. Pihak kampus kata Guguh, akan memberikan akses bagi karya ini untuk mendapatkan hak atas kekayaan intelektual. Selain itu juga membantu mempromosikan dan memasarkan produk kreatif buatan mahasiswa ini.

“Kita support-nya adalah dengan memberikan akses hak kekayaan intelektual, pertama dipatenkan, kemudian dipublikasikan, jadi ini sudah jadi miliknya Wenny dari kampus Ubaya. Dan kemudian nantinya, penjualan secara online dan juga melaksanakan pameran dalam waktu dekat,” tandas Guguh Sujatmiko. [pr/ft]

Recommended

XS
SM
MD
LG