Perayaan Natal 25 Desember 2016 di Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, Katedral Surabaya tampak berbeda dari biasanya. Bersama beberapa umat dan kelompok Paduan Suara yang bertugas di atas balkon gereja, terdapat 8 orang mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, yang mengikuti jalannya Misa dari awal hingga akhir. Kunjungan mereka dalam rangka studi banding, sekaligus ingin melihat suasana perayaan Natal di gereja Katolik.
Usai mengikuti Misa Natal, Syahrul Wahyu Prasetio, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel berpendapat, ritual keagamaan di gereja Katolik terlihat rumit namun memiliki kekayaan makna. Meski demikian Syahrul mengaku menyukai bagian lagu dan musik gereja, serta ritual yang menggunakan sarana pendupaan.
"Kalau menurut saya sendiri pribadi, sebenarnya ritusnya itu cukup rumit ya ternyata, cukup rumit, tapi eksotis gitu, ya bagus sih sebenarnya. Saya paling suka itu sama musiknya itu, yang kedengarannya itu enak gitu, musiknya itu lembut gitu, terus kadang-kadang pas nadanya naik jadi bersemangat, tapi kan bersemangat yang gak arogan gitu musiknya, saya paling suka itu sama musiknya. Terus sama kayak asap-asap itu, yang dupa-dupa itu luar biasa menurut saya, maksudnya itu kelihatan indah," jelasnya.
Syahrul mengatakan, studi banding seperti ini sangat perlu dilakukan, untuk mengetahui bagimana ritual upacara keagamaan pada agama tertentu. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai ajaran serta ritual agama lain, agar satu sama lain dapat saling menghormati dan menghargai. Pemahaman akan suatu agama yang berbeda akan meningkatkan pemahaman dan toleransi antar umat beragama, sehingga dapat mencegah konflik berlatar belakang agama, seperti yang terdapat di masyarakat serta media sosial.
"Ya seperti yang kita lihat di media kan agak-agak memanas gitu, perlu dari diri kita masing-masing, dari diri kita sendiri itu juga perlu menahan diri, jangan mudah terprovokasilah. Misalnya saja kayak Natal, dikit-dikit jangan memakai atribut gini-gini nanti gini-gini, sebenarnya ya biasa-biasa saja gitu lho, kalau memang gak mau pakai atribut Natal misalnya, ya gak usah, maksudnya itu gak usah terlalu masalahnya dibesar-besarkan. Ya anggap saja ini itu seperti warna, warna dalam Indonesia, Indonesia itu kan ya kita tahu sendiri ada berbagai macam agama, berbagai amcam budaya, ya biasa saja," ujarnya.
Mahasiswi UIN Sunan Ampel yang lain, Karina Hidayatul Urmiyah menambahkan, kegiatan menghadiri Misa Natal seperti ini diharapkan akan memberi pemahaman mengenai ajaran dan ritual agama lain, sehingga Indonesia yang kaya akan keberagaman ini dapat terus dijaga dan dipelihara.
"Harapannya itu umat (beragama) Indonesia ini semakin (menghargai) pluralisme ya, jadi gak pandang budaya atau pun agama gitu, jadi bisa pluralisma. Jadi Indonesia ini kan negara yang kaya raya budaya, terus agama-agamanya kan kita ada lima agama yang diresmikan di Indonesia," tambahnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Natal Gereja Hati Kudus Yesus, Katedral Surabaya, Andik Oematan, mengaku gembira menerima kedatangan mahasiswa dari agama lain yang ingin belajar mengenai gereja Katolik, yang diharapkan dapat mempererat persaudaraan antar anak bangsa.
"Saya sangat salut, ternyata mahasiswa-mahasiswa ini tidak ada suatu keterbatasan, tidak ada perbedaan, jadi mereka walau pun dari golongan Islam, pendidikan Islam, tapi mereka ingin mengetahui, ingin belajar mengenai tata cara ajaran Katolik. Jadi mungkin dari situ mereka bisa melihat apa yang ada, apa yang diajarkan oleh Kristus Yesus pada umatNya, terutama tentang cinta kasih, kebersamaan," kata Andik.