Menurut para pakar pendidikan, mahasiswa yang tinggal dalam asrama atau perumahan kampus cenderung lebih berhasil dalam studi mereka dibanding siswa yang tinggal di luar kampus. Ini mungkin karena perhatian mereka lebih terpusat pada belajar, dan tidak perlu pulang-pergi ke rumah orang tua atau tempat tinggal lain di luar kampus.
Ketika seorang calon mahasiswa memilih perguruan tinggi dimana ia akan belajar, kemungkinan besar ia akan mempertimbangkan tinggal dalam perumahan yang tersedia dalam banyak kampus di Amerika.
Keuntungannya banyak, salah satunya adalah menghemat waktu dan ongkos transport, apalagi mengingat calon siswa itu akan belajar sedikitnya selama empat tahun di perguruan tinggi pilihannya.
Dulu banyak perumahan kampus lebih mirip dengan asrama, dimana para siswa tinggal sekamar dengan tiga atau empat orang lainnya. Sistem asrama seperti itu lebih menekankan pada kehidupan komunal, dimana siswa bergantian mendapat tugas masak dan membersihkan kamar, dan bahkan menggunakan kamar mandi umum. Kini banyak perumahan yang disediakan kampus lebih mirip dengan kamar-kamar pribadi tempat mereka tinggal bersama orang tua, ketika masih bersekolah sampai tingkat SMA.
Perumahan kampus ada yang berupa suite atau kamar tidur pribadi lengkap dengan berbagai fasilitas seperti kamar mandi, kamar makan dan dapur. Juga ada apartemen-apartemen yang terletak di luar kampus tapi dimiliki dan diurus oleh petugas sekolah.
Tempat tinggal yang berupa suite atau apartemen itu tentunya akan meningkatkan ongkos pendidikan karena biaya sewanya pasti lebih mahal dari pada tinggal di asrama.
Kata Alvin Sturdivant, ketua asosiasi perumahan untuk perguruan tinggi dan universitas, tergantung dimana siswa tinggal, “Kini kami menyediakan perumahan dengan berbagai fasilitas bagi mereka supaya suasana kampus bisa terus hidup dan ramai.”
Salah satu keuntungan tinggal di perumahan kampus adalah, siswa tidak perlu direpotkan oleh berbagai hal seperti siapa yang harus masak, siapa yang harus membersihkan kamar dan siapa yang harus dipanggil untuk memperbaiki keran yang bocor atau lampu yang mati.
“Kalian bisa memusatkan perhatian pada pelajaran dan mendapatkan pendidikan kelas satu,” kata Mari Anne Brocker, wakil kepala perumahan dan informasi tentang perumahan di Universitas Illinois di Urbana-Champlain, dimana terdapat 11.000 mahasiswa yang tinggal di kampus.
Seperti banyak perguruan tinggi lainnya, universitas di negara bagian Illinois mengharuskan mahasiswa tinggal di kampus paling tidak untuk tahun pertama kuliah. Kata Brocker, persyaratan itu didorong oleh riset yang menunjukkan bahwa siswa yang tinggal di kampus biasanya mendapat angka akademis yang lebih tinggi, lebih sukses dalam studi dan lebih besar kemungkinan akan menamatkan pendidikan dengan sukses.
Keuntungan lain tinggal di kampus adalah terbukanya kesempatan untuk membentuk kelab-kelab belajar dimana para siswa bisa berbagi pengetahuan dengan siswa-siswa dari kelas yang lebih tinggi.
Tapi, karena ada ribuan mahasiswa yang tinggal dalam perumahan kampus, juga muncul berbagai hal yang menyangkut masalah keamanan. Kadang-kadang ada masalah penggunaan narkotika, masalah kesehatan mental dan konflik-konflik yang terkait hubungan antar-siswa yang bisa menjurus pada aksi kekerasan atau serangan seksual.
Meski begitu, menurut angka Kantor Statistik, kemungkinan menjadi korban karena masalah-masalah diatas, lebih kecil dibanding bagi mahasiswa yang tinggal di luar kampus.
Jadi berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk tinggal dalam perumahan kampus? Menurut Urban Institute, sebuah lembaga riset nirlaba, ongkos rata-rata mahasiswa tahun pertama berkisar antara 10 sampai 11 ribu dollar per tahun di universitas negeri atau swasta. Biaya itu akan naik sekitar 25 persen ketika mahasiswa mencapai tahun ketiga dan keempat kuliah. (ii)