Mantan pemimpin Malaysia Mahathir Mohamad mengeluarkan kritikan pedas terhadap Perdana Menteri Najib Razak hari Senin (10/8), dan mengatakan demokrasi di negara tersebut telah mati dan ia seharusnya diinterogasi polisi tentang dana negara yang bermasalah yang melibatkan perusahaan 1Malaysia Development Berhad.
Najib berada di bawah tekanan akibat tuduhan pengelolaan dana yang keliru terhadap perusahaan tersebut yang dikenal dengan 1MDB, dan kepemimpinannya yang menyebabkan melemahnya ekonomi Malaysia.
Bulan lalu ia memecat wakilnya, Muhyiddin Yassin, menggantikan jaksa agung dan memindahkan para pejabat yang terlibat dalam investigasi 1MDB. Ia juga telah membekukan dua surat kabar negara tersebut dan memblokir akses ke situs Sarawak Report, yang dilaporkan terkait skandal korupsi.
"Demokrasi telah mati. Mati karena seorang pemimpin yang dipilih rakyat memilih untuk menumbangkan institusi pemerintah dan membuatnya menjadi alat untuk menyokong dirinya sendiri," tulis Mahathir dalam blog pribadinya.
Kantor Perdana Menteri tidak segera memberikan komentar terhadap pernyataan Mahathir tersebut.
Najib menyalahkan Mahathir dan menuduhnya berada di balik tuduhan korupsi yang ditujukan padanya, yang menurutnya tidak berdasar, dan mengatakan tuduhan itu bermula ketika ia menolak melakukan permintaan pribadi Mahathir.
Mahathir, perdana menteri Malaysia yang paling lama berkuasa, telah menjadi kritikus terkeras Najib dan menarik dukungannya terhadap Najib tahun lalu setelah koalisi Barisan Nasional (BN) yang berkuasa kalah dalam pemilihan 2013.
Mahathir yang berusia 90 tahun, yang dulunya adalah pembela Najib dan terus mempunyai pengaruh kuat di negara tersebut, menyerukan perdana menteri Najib mengundurkan diri terkait skandal 1MDB.
Namun, Najib tetap mendapatkan dukungan signifikan dari koalisi BN yang telah lama berkuasa dan dari dalam partainya sendiri, United Malays National Organisation (UMNO).
"Apa yang Najib lakukan tidak pernah terjadi sebelumnya di Malaysia," kata Mahathir.
"Orang-orang tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Bayangan Najib terus berkuasa di negeri ini sangat menyedihkan."
The Wall Street Journal melaporkan pada bulan Juli bahwa para penyelidik yang sedang mempelajari tuduhan korupsi dan salah kelola finansial terkait 1MDB menemukan hampir $700 juta disimpan di dalam akun atas nama Najib. Reuters belum memverifikasi laporan tersebut.
Najib membantah menerima uang untuk kepentingan pribadi dan mengatakan tuduhan tersebut adalah bagian kampanye licik untuk memaksanya mundur dari posisinya.
Unit anti korupsi Malaysia mengatakan minggu lalu bahwa mereka akan meminta Najib menjelaskan donasi senilai 2,6 milyar ringgit yang disimpan di akun bank pribadinya, dan menambahkan dana tersebut diberikan oleh penyumbang dari Timur Tengah.
Najib mengatakan hari Sabtu bahwa uang yang ditemukan oleh unit anti korupsi di rekeningnya bukan merupakan sogokan dan bukan milik 1MDB, walaupun komisi anti korupsi tersebut masih harus mengkonfirmasi pernyataannya.
Ketidakpastian politik Malaysia membayangi mata uang negara tersebut, dan nilau tukar ringgit mencapai titik terendah seperti saat krisis keuangan Asia terjadi 17 tahun lalu.