Di Gueckedou, Guinea dekat sebuah desa dimana Ebola pertama kali membunuh orang di hutan tropis Guinea tahun lalu, dokter-dokter mengatakan mereka harus menghentikan tes darah untuk mencari pasien Ebola dan melakukan pemeriksaan darah bagi penyakit malaria.
Dr. Bernard Nahlen, Wakil Direktur “Malaria Initiative,” program yang digagas Presiden Barack Obama, mengatakan turunnya kasus malaria yang dilaporkan hingga 40% tahun ini bukan kabar baik. Ditambahkannya penurunan kasus malaria itu karena orang takut pergi ke klinik-klinik kesehatan dan tidak mendapat perawatan malaria. Kepada Associated Press, Dr. Nahlen mengatakan adalah suatu kegagalan besar jika ada orang yang meninggal karena malaria di tengah wabah Ebola.
Separuh dari 12 juta penduduk Guinea tidak punya jaminan kesehatan dan karenanya jumlah yang meninggal karena sakit tidak diketahui. Menurut “Nets for Life Africa,” sebuah LSM yang berkantor di New York dan menyediakan kelambu yang dicelup dengan insektisida guna mencegah nyamuk malaria, memperkirakan sekitar 15 ribu warga Guinea meninggal akibat malaria tahun 2013. Empat belas ribu diantaranya adalah balita. Sementara data WHO memperkirakan sekitar 1.600 orang di Guinea meninggal akibat Ebola.
Di Guinea, malaria adalah penyebab utama kematian balita dan penyebab kematian kedua bagi orang dewasa, setelah AIDS.
Meskipun Liberia mengalami penundaan bantuan dua juta kelambu untuk mencegah nyamuk malaria, “Doctors Without Borders” di Sierra Leone berinisiatif melakukan tindakan yang belum pernah diambil sebelumnya, yaitu membagi-bagikan 1,5 juta obat-obatan anti-malaria yang bisa digunakan untuk mencegah dan merawat malaria pada puncak musim penyakit tersebut.
Ebola dan malaria memiliki gejala serupa, yaitu demam tinggi, pusing, sakit kepala dan nyeri otot. Malaria disebabkan oleh nyamuk yang telah terinfeksi virus malaria, sementara Ebola ditularkan hanya lewat cairan tubuh penderita.