Tautan-tautan Akses

Malaysia Melipatgandakan Patroli Cari Kapal Migran Myanmar


Penjaga Pantai Malaysia mengumumkan pada Jumat (3/1) bahwa pihaknya meningkatkan patroli di perairan negara untuk mencari kapal yang membawa migran Myanmar tanpa dokumen. (Foto: Ilustrasi/Reuters)
Penjaga Pantai Malaysia mengumumkan pada Jumat (3/1) bahwa pihaknya meningkatkan patroli di perairan negara untuk mencari kapal yang membawa migran Myanmar tanpa dokumen. (Foto: Ilustrasi/Reuters)

Penjaga Pantai Malaysia mengumumkan pada Jumat (3/1) bahwa pihaknya meningkatkan patroli di perairan negara untuk mencari kapal yang membawa migran Myanmar tanpa dokumen, setelah hampir 200 orang ditahan di sebuah pulau di negara bagian Kedah, Malaysia barat laut.

Penjaga Pantai melaporkan bahwa polisi menahan 196 migran asal Myanmar tanpa dokumen pada Jumat dini hari setelah kapal mereka terdampar di pantai pulau resor Langkawi.

"Berdasarkan informasi yang diterima, penjaga pantai menyebutkan ada dua kapal lagi yang membawa migran Myanmar tanpa dokumen di laut, tetapi lokasi pasti mereka masih belum diketahui," kata Garda Pantai Malaysia dalam sebuah pernyataan.

Direktur Jenderal Penjaga Pantai Malaysia, Mohd Rosli Abdullah, mengatakan pihak berwenang sedang patroli di perairan utara lepas pantai Langkawi dan daerah perbatasan, serta telah mengatur pengawasan udara untuk mencari kapal-kapal tersebut.

Penjaga pantai juga menghubungi pihak berwenang Thailand untuk mengidentifikasi pergerakan kapal yang membawa para migran, kata Mohd Rosli.

Sebelumnya pada Jumat, harian lokal berbahasa Inggris The Star melaporkan sekitar 200 pengungsi Rohingya dari Myanmar telah mendarat di Langkawi. Rohingya sebagian besar merupakan minoritas Muslim di Myanmar, yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.

Penjaga pantai tidak menyebutkan dalam pernyataannya apakah para migran itu adalah Rohingya.

Sekitar satu juta Rohingya melarikan diri, sebagian besar ke Bangladesh, untuk menghindari serangan militer Myanmar yang dimulai pada Agustus 2017, sebuah tindakan yang oleh penyelidik PBB disebut sebagai pembersihan etnis terbesar.

Penguasa militer Myanmar membantah tuduhan tersebut.

Malaysia, yang tidak mengakui status pengungsi, telah lama menjadi tujuan utama bagi etnis Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar atau dari kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Malaysia mulai menolak kapal-kapal yang membawa pengungsi Rohingya dan menahan ribuan pengungsi di pusat-pusat penahanan yang penuh sesak sebagai bagian dari tindakan keras terhadap migran tanpa dokumen.

Antara 2010 dan 2024, otoritas Malaysia menahan 2.089 migran Myanmar tanpa dokumen yang berusaha memasuki negara tersebut melalui laut, kata garda pantai. [ah/ft]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG