Mantan presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mengakhiri kebungkaman panjang atas penggulingannya, Kamis (7/3) dengan menerbitkan sebuah buku yang menyatakan bahwa "persaingan geopolitik" antara China dan negara-negara lain bertanggung jawab atas kejatuhannya.
Rajapaksa terpaksa mengasingkan diri sementara setelah para pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya pada tahun 2022, menyusul aksi protes jalanan berbulan-bulan atas krisis ekonomi terburuk yang pernah terjadi di negara kepulauan itu.
Dalam buku yang diterbitkan sendiri tentang kejatuhannya itu, "The Conspiracy", Rajapaksa membela kebijakan ekonomi pemerintahnya, yang menyebabkan gagal bayar utang luar negeri yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan mengakibatkan kekurangan pangan dan bahan bakar yang parah selama berbulan-bulan.
Sebaliknya, ia mengatakan “proyek infrastruktur yang didanai China di Sri Lanka setelah tahun 2006 membawa unsur persaingan geopolitik” yang memicu penggulingannya.
“Naif sekali siapa pun yang mengklaim bahwa tidak ada pihak asing dalam tindakan yang dilakukan untuk menggulingkan saya dari kekuasaan,” tulis Rajapaksa.
Rajapaksa tidak menyebutkan nama negara-negara yang dimaksud secara spesifik, namun Amerika Serikat di masa lalu telah berulang kali memperingatkan Sri Lanka bahwa mereka berisiko jatuh ke dalam perangkap utang China jika menandatangani sejumlah kesepakatan infrastruktur.
Pada saat penggulingannya, pria berusia 74 tahun itu awalnya diterbangkan keluar dari Sri Lanka dengan pesawat militer dan mengirim surat pengunduran dirinya melalui email dari Singapura, namun ia kemudian kembali ke negaranya.
Dalam buku tersebut, Rajapaksa mengklaim bahwa para pengunjuk rasa yang turun ke jalan-jalan ketika perekonomian terhenti pada bulan-bulan terakhir masa jabatannya “didanai pihak asing”, tanpa memberikan bukti.
Beijing telah mendanai beberapa proyek pembangunan di Sri Lanka, termasuk pusat konvensi dan bandara yang jarang digunakan di kampung halaman Rajapaksa, Hambantota, yang oleh para kritikus dianggap tidak bermanfaat dan bermasalah.
China juga merupakan pemberi pinjaman bilateral terbesar untuk Sri Lanka. Sekitar 10 persen utang luar negeri Sri Lanka berasal dari Beijing.
Rajapaksa pernah dihormati di kalangan penduduk yang mayoritasnya penganut Buddha Sinhala karena membantu mengakhiri perang saudara yang berkepanjangan di Sri Lanka pada tahun 2009, ketika ia menjadi pejabat tinggi pertahanan pada masa kepemimpinan saudaranya, Mahinda.
Dia terpilih secara meyakinkan pada tahun 2019, namun popularitasnya anjlok seiring dengan mundurnya perekonomian Sri Lanka kurang dari tiga tahun kemudian, ketika rak-rak supermarket kosong dan antrean panjang di pompa-pompa bensin terjadi selama berhari-hari.
Para ekonom menyalahkan penurunan pajak yang tiba-tiba sebagai akibat dari pemotongan pajak yang tidak bijaksana oleh pemerintah Rajapaksa, sehingga membuat negara tersebut tidak mampu merespons anjloknya cadangan devisa akibat pandemi virus corona.
Komentator politik Kusal Perera mengatakan kejatuhan Rajapaksa disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam menangani perekonomian.
“Dia populer sebagai pemimpin Sinhala-Buddha berkat kehebohan media, tapi dia tidak mampu menjadi pemimpin yang baik,” kata Perera kepada AFP.
Penerus Rajapaksa, Ranil Wickremesinghe, menjadi perantara paket penyelamatan Dana Moneter Internasional (IMF) dan menaikkan pajak secara tajam untuk memulihkan keuangan pemerintah. [ab/uh]
Forum