Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair telah meminta maaf atas apa yang ia sebut “kekeliruan” yang dibuat selama invasi pimpinan Amerika terhadap Irak.
Dalam suatu wawancara dengan CNN, Blair juga mengatakan bahwa intervensi militer merupakan pemicu konfik sekarang ini di kawasan, termasuk bangkitnya kelompok militan Negara Islam (ISIS) di Irak dan Suriah.
“Tentu saja kita tidak bisa mengatakan bahwa siapa yang menyingkirkan Saddam pada tahun 2003 tidak bertanggungjawab atas situasi tahun 2015,” ujarnya.
Meskipun bersikap kritis terhadap informasi yang cacat mengenai senjata penghancur massal yang menyebabkan invasi, serta atas sebagian kesalahan dalam perencanaan dan kesalahan dalam memahami apa yang akan terjadi begitu rezim pemimpin Irak Saddam Hussein disingkirkan, Blair tidak sepenuhnya meminta maaf atas perang tersebut.
“Saya rasa sulit minta maaf karena menyingkirkan Saddam. Saya pikir, bahkan sekarang pada tahun 2015, lebih baik apabila ia tidak berkuasa di sana,” ujar Blair.
Inggris menyumbangkan tentara terbanyak ke-dua, 45 ribu orang, dalam invasi itu. Mereka bergabung bersama hampir 150 ribu tentara Amerika dan ribuan lainnya dari Australia, Spanyol dan Polandia. Dari seluruh tentara Inggris itu, 179 di antaranya tewas dalam konflik di sana. [uh]