Mantan Presiden Haiti Jean-Bertrand Aristide pulang ke Haiti, Jumat, setelah tujuh tahun tinggal di pengasingan dan langsung mengecam keputusan untuk melarang partai politiknya dalam pemilihan presiden negara ini yang akan berlangsung pada hari Minggu.
Berbicara di Bandara Port-au-Prince, Aristide menilai larangan terhadap partainya Fanmi Lavalas merupakan tindakan yang mengesampingkan mayoritas. Dewan Pemilihan Haiti melarang partai Aristide dengan alasan teknis, yang menurut pendukungnya tidak beralasan. Pemilihan tambahan presiden Haiti yang tertunda dijadwalkan hari Minggu. Partai tersebut tidak diizinkan ikut pemilihan putaran pertama pada bulan November lalu, yang diperselisihkan.
Aristide bersumpah menjauhkan diri dari politik Haiti. Tapi, ia menyuarakan ketidakpuasan atas larangan terhadap partainya kepada pendukung yang berkumpul di luar jet pribadinya, setelah ia tiba dari tempatnya selama ini mengasingkan diri di Afrika Selatan.
Ribuan pendukung melambai-lambaikan bendera Haiti menyambut kedatangannya di sepanjang jalan ke rumahnya di ibukota Haiti, Port-au-Prince.
Aristide menjadi presiden pertama Haiti yang terpilih secara demokratis tahun 1991 tapi segera digulingkan dalam kudeta militer. Setelah militer Amerika campur tangan, ia kembali berkuasa tahun 1994 dan menjabat sampai tahun 1996. Ia terpilih kembali tahun 2000.
Februari 2004, Aristide digulingkan dari kekuasaannya oleh pemberontak bersenjata. Dengan kembali ke Haiti, Jumat, Aristide menantang kekhawatiran Amerika bahwa kepulangannya bisa mengacaukan pemilihan hari Minggu yang menjagokan mantan Ibu Negara Mirlande Manigat yang bersaing melawan artis populer Michel Martelly. Aristide mengatakan akan berkarya dalam bidang pendidikan guna memperbaiki nasib rakyat miskin Haiti.
Jurubicara PBB mengatakan badan dunia ini memantau situasi di Haiti, dan menyatakan hal yang terpenting adalah memastikan pemilihan hari Minggu berlangsung damai dan lancar.