Tidak ada yang paling mempermalukan FIFA selain presidennya, Sepp Blatter dan ia harus mundur untuk memberikan kesempatan kepada pemimpin yang lebih muda, ungkap mantan wakil presiden FIFA Jack Warner.
Warner, yang dituduh meminta suap dalam kasus korupsi petinggi senior FIFA yang penyelidikannya dipimpin oleh AS, keluar penjara di Trinidad dan Tobago pada hari Kamis (28/5) setelah memberikan jaminan, menurut media setempat.
“Kenapa tidak ada penyelidikan di Asia atau Eropa?” ungkap Warner dalam wawancara dengan sebuah majalah di Jerman Stern pada hari Senin (1/6).
“Kenapa tidak ada penyelidikan terhadap Sepp Blatter? Tidak ada satupun yang mempermalukan dan menodai FIFA (seperti Blatter).”
Warner termasuk salah satu dari sembilan pejabat resmi FIFA dan lima eksekutif perusahaan yang terindikasi oleh Departemen Kehakiman AS terlibat dalam kasus suap senilai lebih dari $150 milyar dollar.
Ketika disinggung oleh Stern mengenai apakah Sepp Blatter yang berusia 79 tahun terindikasi korupsi, Warner mengatakan “Yang saya tahu dia 5 kali terpilih menjadi pemimpin FIFA. Apakah dia korupsi? Saya tidak tahu.”
"Kalau saya sudah seumur dia...saya akan pensiun dan meletakkan kepemimpinan FIFA kepada orang yang lebih muda. Tapi setiap orang punya cara yang berbeda untuk menjalani hidup mereka."
Sebagai mantan salah satu dari pria paling berpengaruh di FIFA, Warner menyerahkan diri kepada pihak berwenang setelah pihak berwenang AS mengupayakan ekstradisi baginya pada hari Rabu (27/5).
Penyidik mengatakan Warner menerima suap senilai $10 milyar dollar dari pemerintah Afrika Selatan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010 dan menggunakan uang tersebut untuk kepentingan pribadi.
Warner mengeluarkan pernyataan yang berisi protes keras dan menyatakan dirinya tidak bersalah hari Rabu (27/5) setelah penggerebekan yang dilakukan di kantor FIFA di Swiss dan AS dan investigasi kedua yang dilakukan oleh pihak yang berwenang di Swiss tentang penentuan penyelenggara Piala Dunia 2018 dan 2022.
Warner, yang menghadapi 12 dakwaan, termasuk pemerasaan dan penyuapan, mengatakan ia tidak bersalah dan menekankan bahwa ia telah meninggalkan kegiatan sepak bola sejak empat tahun yang lalu.
Pria berusia 72 tahun ini pensiun dari FIFA setelah komite etik melakukan penyelidikan terhadap rapat yang dipimpin oleh ketua Federasi Sepak Bola Asia (AFCF) Mohammed bin Hammam, dimana pembayaran kepada para pejabat sepak bola Karibia dilakukan sebelum pemilihan presiden FIFA tahun 2011.