Para pakar hari Rabu (29/11) menghancurkan dongeng tentang manusia salju yang mengerikan, yang disebut Yeti, yang katanya hidup di kawasan-kawasan terpencil di pegunungan Himalaya.
Menurut laporan yang dimuat dalam Royal Society Journal Proceedings B, makhluk langka yang sudah lama di cari-cari itu ternyata adalah seekor beruang.
Di kawasan pegunungan Himalaya terdapat tiga jenis beruang: beruang hitam Asia, beruang coklat Tibet, dan beruang coklat Himalaya.
Kata laporan tadi, masing-masing spesies beruang itu hidup di kawasan yang berbeda, tapi mereka telah secara keliru dianggap sebagai "manusia buas yang hidup di kawasan bersalju."
"Penemuan kami menunjukkan dengan tegas bahwa karakteristik manusia Yeti dalam dongeng-dongeng itu bisa ditemukan pada beruang," kata Charlotte Lindquist, Profesor pada University of Buffalo College of Arts and Sciences.
Studi terbaru ini bukanlah yang pertama yang menyebut beruang sebagai Yeti yang ditakuti itu, berdasarkan data genetika yang dikumpulkan dari tulang, gigi, kulit dan rambut serta contoh-contoh kotoran yang katanya berasal dari makhluk misterius itu.
Berbagai artefak tadi, yang dikumpulkan dari berbagai musium dan koleksi pribadi di seluruh dunia, termasuk sebuah relik yang disimpan di sebuah biara, yang katanya berasal dari kaki seekor Yeti, ternyata hanyalah bagian-bagian tubuh dari 23 jenis beruang yang berbeda.
Lindquist dan timnya mengadakan rekonstruksi genome mitochondrial dari setiap jenis beruang dan berhasil menemukan banyak informasi tentang hewan-hewan pemakan daging itu dan asal usul mereka.
"Beruang coklat yang hidup di dataran tinggi Tibet dan beruang-beruang coklat dari pegunungan Himalaya bagian barat, agaknya berasal dari dua species yang berbeda," kata Lindquist kepada AFP.
"Kedua jenis beruang itu hidup terpisah sejak 650.000 tahun yang lalu, pada zaman es, walaupun kawasan tempat tinggal mereka tidak terpisah begitu jauh," tambahnya.
Sepanjang abad ke-20 dongeng-dongeng tentang manusia salju Yeti itu terus beredar di Barat. Dalam buku yang mengisahkan perjalanannya melewati Celah Lhagba La dekat Puncak Everest pada tahun 1921, Letnan Kolonel Charles Howard-Bury menyebut jejak yang ditinggalkan Yeti itu "tampak seperti jejak kaki manusia."
Laporan yang dimuat Royal Geographical Society tahun 1925 menyebut tentang "sosok seperti manusia" yang berjalan melewati gletser di pegunungan Himalaya, menambah serunnya spekulasi tentang manusia raksasa yang misterius itu. [ii]