Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hari Minggu (25/12) memanggil Duta Besar Amerika untuk Israel, Daniel Shapiro, untuk bicara tentang sikap abstain Amerika dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB tentang resolusi menentang pembangunan permukiman Yahudi di kawasan yang diduduki Israel.
Baik Departemen Luar Negeri Amerika maupun kantor perdana menteri Israel tidak memberi komentar apapun tentang pertemuan hari Minggu itu. Kementeri Luar Negeri Israel memangil duta besar dari 14 negara yang memilih menggolkan resolusi hari Jumat lalu (23/12), tetapi beberapa laporan mengatakan beberapa diplomat tidak memenuhi panggilan itu.
Netanyahu, Minggu (25/12) mengatakan kepada kabinet Israel bahwa resolusi itu “ceroboh dan destruktif”. Ia merujuk pada sikap Israel dan Amerika sebelumnya yang selalu sepakat bahwa Dewan Keamanan PBB bukan tempat untuk menyelesaikan isu permukiman itu.
Netanyahu menyebut sikap abstain Amerika itu sebagai veto yang “memalukan”.
Sebelum menyalakan lilin perayaan Hanukkah di depan Tembok Ratapan di Jerusalem Timur, Netanyahu mengatakan negara-negara yang setuju untuk meloloskan resolusi itu dan kemudian mengirim ucapan selamat Hanukkah pada Israel, tidak memahami makna festival Yahudi itu.
Resolusi Dewan Keamanan PBB hari Jumat lalu mendesak Israel “untuk menghentikan segera dan secara menyeluruh seluruh aktivitas permukiman di wilayah Palestina yang diduduki, termasuk di Jerusalem Timur”. Ditambahkan, permukiman itu “tidak memilih keabsahan hukum”.
Palestina telah sejak lama mengatakan bahwa permukiman Yahudi di wilayah yang diinginkan sebagai bagian dari negara mereka kelak adalah tidak sah dan merupakan hambatan utama mencapai penyelesaian damai.
Israel berkeras bahwa berdasarkan kitab suci mereka berhak atas wilayah yang dikuasai dalam perang tahun 1967 itu. Israel mengatakan bahwa sikap Palestina yang menolak mengakui hak Israel itu adalah hambatan utama menuju perdamaian.
Netanyahu mengingatkan kabinetnya bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB itu bisa jadi merupakan upaya Presiden Barack Obama untuk menegaskan kembali kebijakannya di Timur Tengah sebelum meninggalkan Gedung Putih pertengahan Januari nanti.
Hal ini mencakup kemungkinan diloloskannya resolusi lain dan konferensi perdamaian Timur Tengah tanggal 15 Januari di Paris, dimana Israel mengatakan Menteri Luar Negeri John Kerry akan menjelaskan visi Amerika bagi solusi dua negara.
Netanyahu hari Minggu kembali mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan “teman-teman kita di Amerika, di Partai Republik dan Partai Demokrat, yang memahami betapa ceroboh dan destruktifnya resolusi PBB ini”. Ditambahkannya, ia ingin bekerjasama dengan teman-teman itu dan “pemerintahan baru yang akan mulai bekerja bulan depan”. Presiden terpilih Donald Trump akan dilantik tanggal 20 Januari mendatang. (em)