Presiden Ferdinand Marcos menegaskan pada Minggu (23/6) bahwa Filipina "tidak akan terintimidasi" oleh siapa pun, menyusul bentrokan sengit antara Angkatan Laut Filipina dan Garda Pantai China di Laut China Selatan.
Konfrontasi terjadi pada Senin di lepas pantai Second Thomas Shoal. Para pelaut China menggagalkan upaya pasukan Filipina untuk memasok kembali marinir yang ditempatkan di kapal perang tua yang sengaja dikandaskan di beting yang disengketakan pada 1999 untuk menegaskan klaim teritorial Manila.
Peristiwa tersebut adalah insiden terbaru dan paling serius dalam serangkaian konfrontasi yang meningkat antara kapal China dan Filipina dalam beberapa bulan terakhir. Beijing terus berusaha untuk memastikan klaimnya atas hampir seluruh jalur perairan yang berlokasi strategis tersebut.
“Kami tidak akan pernah terintimidasi atau ditindas oleh siapa pun,” kata Marcos dalam pidatonya saat berkunjung ke markas besar pasukan Filipina di Laut China Selatan di Pulau Palawan, wilayah daratan terdekat dengan perairan dangkal tersebut.
Marcos memberikan medali kepada 80 pelaut yang berpartisipasi dalam misi pasokan, mendorong mereka untuk "terus menjalankan tugas membela negara" meskipun ia mengakui situasinya semakin "berbahaya".
Second Thomas Shoal terletak sekitar 200 kilometer dari Palawan dan lebih dari 1.000 kilometer dari daratan utama terdekat China, yaitu Pulau Hainan.
Seorang pelaut Filipina kehilangan jempol dalam bentrokan tersebut. Manila juga menuduh para pelaut Garda Pantai China menggunakan pisau, tongkat, dan kapak serta mencuri atau merusak peralatan mereka, termasuk senjata dan perahu karet.
Beijing bersikeras bahwa garda pantainya berperilaku “profesional dan terkendali” dan menyalahkan Manila atas bentrokan tersebut.
Dalam konfrontasi sebelumnya, pasukan China menggunakan meriam air dan laser tingkat militer serta bertabrakan dengan kapal pasokan Filipina dan pengawalnya.
“Kita tidak pernah, tidak pernah dalam sejarah Filipina, menyerah pada kekuatan asing mana pun,” kata Marcos yang disambut tepuk tangan. Ia bertekad “terus menggunakan kebebasan dan hak kita untuk mendukung kepentingan nasional kita sesuai dengan hukum internasional”.
“Sikap kita yang tenang dan damai tidak boleh disalahartikan sebagai persetujuan,” ujarnya.
Konfrontasi ini semakin menimbulkan kekhawatiran bahwa perselisihan tersebut dapat melibatkan Amerika Serikat, yang memiliki pakta pertahanan bersama dengan Manila.
Pemerintah Filipina menyatakan minggu ini bahwa mereka tidak menganggap bentrokan pada Senin itu sebagai "serangan bersenjata" yang akan mengaktifkan ketentuan dalam perjanjian yang mewajibkan Washington untuk membantu Manila.
Namun, Manila mengatakan pihaknya juga khawatir pasukan China akan melancarkan upaya serupa untuk mengusir garnisun kecil militer Filipina di Second Thomas Shoal. [ah/ft]
Forum