Pangkalan Udara Amerika yang sangat besar di Incirlik, Turki selatan, yang letaknya dekat dengan Suriah, selama ini menjadi simbol kerja sama Amerika-Turki. Pada puncak Perang Dingin, pangkalan itu menekankan komitmen Amerika pada NATO, mitranya dalam melawan Uni Sovyet.
"Kami harus menggarisbawahi, dengan ditempatkannya senjata nuklir taktis di sana, Incirlik merupakan salah satu pangkalan paling penting di Timur Tengah," ujar profesor Mesut Casin, penasihat kebijakan luar negeri presiden Turki. "Ini menunjukkan Turki terus mendukung pentingnya organisasi NATO."
Secara luas dilaporkan bahwa Amerika menyimpan sekitar 50 bom nuklir di fasilitas itu. Dalam Perang Dingin, senjata-senjata itu diandalkan untuk mencegah pasukan darat Soviet yang sangat besar berkumpul di perbatasan Turki. Kini, karena Turki dan Amerika berselisih soal banyak hal, termasuk hubungan Turki yang semakin erat dengan Rusia dan dihapusnya Turki dari program jet tempur Amerika, masa depan Incirlik semakin suram.
Undang-Undang Melawan Agresi Turki, Rancangan Undang-Undang (RUU) bipartisan yang sedang dipertimbangkan di Senat Amerika, akan mensyaratkan pemerintahan Trump untuk mencari pangkalan alternatif bagi "personel dan aset" yang ditempatkan di Incirlik. RUU itu dibuat sebagai tanggapan atas serangan Turki ke Suriah terhadap milisi Kurdi, yang merupakan sekutu dalam perang Amerika melawan ISIS.
Dalam cuitan di Twitter bulan lalu, anggota Komisi Angkatan Bersenjata DPR Amerika, Kendra Horn, menulis, ia "sangat prihatin senjata nuklir strategis masih berada di pangkalan udara di dalam perbatasan Turki." Horn kemudian menghapus cuitan itu.
Angkatan bersenjata Amerika tampaknya sudah mengambil langkah-langkah untuk mencari pengganti Incirlik. Amerika telah mengeluarkan lebih dari 150 juta dolar dalam dua tahun ini untuk memperbaiki Pangkalan Udara Muwaffaq Salti di Yordania, dan pangkalan-pangkalan Amerika dilaporkan sedang dipertimbangkan untuk dibangun di negara tetangga Turki: Yunani dan Siprus.(ka/em)