Parlemen Vietnam pada Kamis (21/3) menerima pengunduran diri Presiden Vo Van Thuong, yang tidak diperkirakan sebelumnya. Bersamaan dengan itu, penyelidikan korupsi dalam skala luas mengguncang negara komunis yang tidak transparan itu.
Gerakan antikorupsi telah menyapu sejumlah politisi level atas, mengguncang citra internasional terkait stabilitas negara itu yang dikesankan oleh pemerintah, yang biasanya mengelola dengan hati-hati setiap gerakan politik.
Inilah yang bisa diketahui dari apa yang terjadi di Vietnam sampai sekarang.
Dorongan pembersihan tindak korupsi ini dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Nguyen Phu Trong yang memiliki pengaruh kuat. Upaya itu telah menimpa para anggota Partai Komunis, polisi, pebisnis dan anggota pasukan bersenjata.
Pembersihan korupsi dimulai beberapa tahun lalu, tetapi menjadi semakin cepat selama pandemi COVID-19, ketika para pejabat dan pelaku bisnis dituduh menjual alat tes yang terlalu mahal. Sebagai akibatnya, dua deputi perdana menteri dipecat dan mantan menteri kesehatan dipenjara selama 18 tahun.
Awal bulan ini, Kementerian Keamanan Publik mengatakan bahwa mereka memperdalam investigasi terhadap perusahaan pembangunan infrastruktur di tiga provinsi, termasuk Quang Ngai di wilayah tengah, di mana Thuong sebelumnya menjabat sebagai ketua partai.
Setidaknya sembilan pejabat telah ditahan – lima di antaranya dari provinsi yang dulu dipimpin Thuong – dengan Kementerian Keamanan Publik mengatakan, bahwa perusahaan itu telah memalsukan laporan keuangan dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Sejak 2021, politbiro yang menjadi badan pembuat kebijakan partai, telah kehilangan empat dari 18 anggotanya, termasuk Thuong dan pendahulunya dalam jabatan presiden.
Thuong, 53 tahun, telah ditunjuk sebagai presiden pada Maret tahun lalu dalam situasi yang sangat tidak normal, setelah pendahulunya, Nguyen Xuan Phuc secara dramatis mengundurkan diri setelah dia ikut tersapu dalam gelombang pembersihan korupsi.
Phuc adalah presiden kedua di negara komunis itu yang mundur, yang pertama melakukan itu karena alasan kesehatan.
Pergolakan muncul ketika Vietnam mengupayakan peningkatan investasi asing untuk mengembangkan ekonominya, dari manufaktur yang bernilai rendah menjadi industri berteknologi tinggi.
Dalam kunjungannya tahun lalu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan kesepakatan untuk mendukung kemunculan indistri chip komputer di negara tersebut.
Tetapi daya tarik terbesar Vietnam bagi investor internasional bergantung pada stabilitas yang dimilikinya. Para analis menyebut, pergolakan ini sebagai sebuah “bencana kehumasan”.
Thuong belum mengeluarkan pernyataan publik apapun sampai saat ini. Tetapi dalam sebuah pernyataan, partai mengatakan bahwa Thuong bersalah karena “sejumlah pelanggaran dan berbagai kekurangan”.
Tidak ada penjelasan lebih jauh diberikan. Penyelidikan korupsi oleh Quang Ngai adalah satu penjelasan yang masuk akal, tetapi para analis juga menunjuk pada mekanisme di dalam partai komunis itu sendiri yang berperan.
Pada 2026, partai ini akan menggelar kongres lima tahunan, sebuah pertemuan penting yang akan memilih pemimpin-pemimpin tertinggi.
Sekretaris Jenderal Trong akan berusia 80 tahun bulan depan, dan sejumlah pengamat mengatakan, faksi-faksi yang bersaing telah berebut posisi tersebut menjelang kongres.
Vietnam yang otoriter dikuasai oleh Partai Komunis dan secara resmi dipimpin oleh sekretaris jenderal – pejabat paling berkuasa di dalam partai – seorang presiden dan perdana menteri.
Perubahan politik biasanya diatur dengan hati-hati, dengan penekanan pada stabilitas.
Thuong berkuasa hanya sekitar satu tahun, yang membuat periode kekuasaannya termasuk yang paling pendek dalam sejarah terkini negara itu.
Wakil Presiden Vo Thi Anh Xuan akan menjadi penjabat presiden hingga presiden baru dipilih. Dia menduduki jabatan ini sekitar setahun yang lalu. [ns/uh]
Forum