Garda Pantai Tunisia, Kamis (24/12) mengangkat mayat 20 migran asal kawasan sub-Sahara Afrika dari perairan di Tunisia setelah perahu mereka terbalik, kata seorang juru bicara kementerian pertahanan Tunisia.
Lima migran lainnya yang juga berada di perahu tersebut diselamatkan, kata juru bicara kementerian, Mohamed Zekri, kepada AFP, seraya menambahkan bahwa operasi pencari masih berlanjut.
Zekri tidak memberi rincian lebih lanjut selain mengatakan bahwa operasi penyelamatan berlangsung di lepas pantai Sfax di Tunisia Tengah.
Tetapi Khaled Haoyuni, juru bicara kementerian dalam negeri, memberi data yang berbeda mengenai jumlah korban. Hayouni mengatakan ada 15 mayat yang telah ditemukan. Ia mengatakan perahu itu sedang menuju Italia dari distrik Sidi Mansour di Sfax.
Tunisia hanya berjarak beberapa ratus kilometer dari daratan Eropa dan telah lama menjadi tempat keberangkatan bagi migrasi ilegal ke benua tersebut.
Kepergian para migran yang putus asa dan menginginkan kehidupan baru di Eropa memuncak pada tahun 2011 menyusul revolusi yang menggulingkan diktator Tunisia Zine El Abidine Ben Ali.
Meskipun jumlahnya telah merosot signifikan dalam beberapa tahun ini, penyeberangan ilegal dari Tunisia ke Eropa melonjak lebih dari 150 persen dalam bulan Januari hingga April dibandingkan dengan periode yang sama setahun silam, sebut badan urusan pengungsi PBB.
Sebagian besar migran berasal dari negara-negara di kawasan sub-Sahara Afrika yang lari menghindari kesulitan ekonomi dan krisis di negara mereka.
Menurut kementerian dalam negeri Tunisia, 8.581 migran dicegat setelah bertolak untuk melakukan pelayaran berbahaya melintasi Laut Tengah antara Januari dan pertengahan September. Di antara mereka yang dicegat, 2.014 orang bukan warga Tunisia.
Sebelumnya bulan ini, Angkatan Laut Tunisia menyatakan telah mencegat 93 migran Afrika setelah perahu mereka mogok di lepas pantai Sfax sewaktu berupaya berlayar menuju Italia. [uh/ab]