Obat narkotika resep pereda rasa sakit di AS kini akan dilengkapi dengan label peringatan mengenai risiko penyalahgunaan, kecanduan, overdosis dan kematian. Pekan lalu, Pusat bagi Pengendalian Penyakit di AS (CDC) menyebut kecanduan akan obat opioid pereda rasa sakit sebagai epidemi.
CDC mengatakan penggunaan obat narkotika resep di AS telah menyebabkan meningkatnya kecanduan akan obat pereda rasa sakit dan kematian karena overdosis.
CDC menganjurkan para dokter dan pasien untuk mencari cara-cara alternatif untuk meredakan rasa sakit. Di Institut Riset Kesehatan Kelompok di kota Seattle, para periset mempelajari potensi daya pikir untuk mengurangi rasa sakit.
Daniel Cherkin, salah seorang periset utama, menjelaskan, “Salah satu pemahaman terbaru yang paling penting mengenai penyakit kronis dan penyakit punggung bagian bawah kronis adalah bahwa otak memainkan peranan yang sangat penting.”
300 orang dengan sakit punggung kronis menjadi relawan dalam studi itu. Cherkin mengatakan sepertiga diantara mereka berpartisipasi dalam terapi perilaku kognitif.
Cherkin menambahkan, “Terapi perilaku kognitif membantu orang untuk mempelajari cara memikirkan rasa sakit dan membantu mengutamakan aktivitas konkrit yang bisa dilakukan untuk mengendalikan rasa sakit dengan lebih baik.”
Sepertiga relawan lainnya mempraktikkan mindfulness atau kendali terhadap pikiran berdasarkan meditasi dan yoga.
“Mindfulness berupaya membantu orang mengubah kesadaran mereka, meningkatkan kesadaran mereka akan rasa sakit mereka dan menjadi lebih menerima rasa sakit, dan kemudian, memusatkan energi mereka untuk mencari cara-cara untuk mengendalikannya dengan konstruktif.”
Yang lainnya menjalani perawatan biasa yang direkomendasikan oleh dokter umum mereka. Kelompok yang mempraktikkan mindfulness mengalami pengurangan rasa sakit yang signifikan dan lebih tahan lama.
“Berkurangnya rasa sakit dan membaiknya fungsi tubuh bertahan sampai setahun penuh, kemajuan yang tidak dicapai apabila menggunakan perawatan yang biasa,” papar Cherkin.
Cherkin mengatakan dia mengharapkan agar mindfulness dan terapi perilaku kognitif bisa membantu pasien dengan penyakit kronis tipe lain. Studi itu diterbitkan dalam JAMA, Journal of the American Medical Association. [vm/jm]