Agung Puspita, Nuri Auger, dan Seni Adams hanyalah tiga di antara begitu banyak warga diaspora Indonesia di Amerika yang peduli dan tetap cinta Indonesia. Kecintaan itu dimanifestasikan dengan kegiatan keseharian yang berhubungan erat dengan tanah air, yakni membuat dan menjual barang-barang kerajinan Indonesia.
Seni Adams telah tinggal di Amerika sejak tahun 2008, dan menetap di negara bagian Maryland, tepatnya di pinggiran ibu kota AS Washington, DC, sejak tahun 2015. Di sela-sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, dia aktif membuat dan menjual barang-barang kerajinan berciri khas etnik dari Indonesia.
Seni mengaku mulai tertarik dengan barang-barang kerajinan tangan - yang kini menjadi passion atau kegemarannya - sejak remaja karena pengaruh dari ayahnya yang mengenalkan barang-barang hasil UMKM di Indonesia ketika sang ayah bekerja sebagai PNS di Dinas Pariwisata Kabupaten Tangerang.
“Beliau yang mengenalkan saya dengan hasil UMKM dari daerah kami dan juga sekitar provinsi Jawa Barat dan Banten pada waktu itu. Nah, mulai dari situ saya menyukai sekali barang-barang kerajinan tangan,” tuturnya.
Seni mengakui motivasi untuk menggeluti pembuatan barang-barang kerajinan pada awalnya karena dia belum memiliki pekerjaan tetap dan juga sebagai variasi selagi dia “masih harus beradaptasi dari awal lagi dengan kehidupan di Amerika.” Menurutnya, memanfaatkan waktu yang ada untuk belajar sendiri, secara autodidak menggeluti passion yang dimilikinya dengan membuat kartu ucapan dengan bahan bermotif batik, dan berbagai jenis kerajinan tangan lainnya.
Hobi yang mendatangkan rezeki
Kegiatan yang awalnya hanya sebagai hobi dan pengisi waktu senggang itu ternyata boleh dikatakan berubah menjadi profesi yang mendatangkan rezeki.
“Pada waktu itu kebetulan hanya dijadikan hobi, tapi keluarga saya dan mertua saya menyarankan supaya dijual. Kita lihat nanti hasilnya ada peminatnya atau tidak, karena menurut mertua saya, kerajinan tangan buatan saya itu unik dan berbeda.”
Seni mengikuti dorongan suami dan mertua untuk menjual barang-barang kerajinan karyanya. Alhasil, imbuhnya, “memang banyak yang menyukai hasil kerajinan tangan saya dan ternyata memang ada pasarnya di sini.” Dari situlah, Seni merasa termotivasi untuk membuat hasil kerajinan tangannya dipamerkan di berbagai acara bazar dan pameran dan dijual untuk umum.
Berawal dari pameran di clubhouse komunitas, kini Seni telah memamerkan dan menjual barang-barang kerajinan tangan karyanya di berbagai bazar dan festival di Amerika, termasuk acara-acara yang diselenggarakan oleh diaspora Indonesia, misalnya festival Colorful Indonesia dan festival Asian-American Pacific Islander History Month di Maryland.
Motif batik paling laris
Seni mencurahkan perhatian untuk membuat, memperkenalkan, dan memasarkan barang-barang yang bernuansa Indonesia.
“Saya kenalkan ke publik di sini, di Amerika, biasanya yang banyak disukai itu greeting card batik, jewelry batik, dan lain-lain yang berhubungan dengan batik. Kenapa saya memilih motif batik? Karena pelanggan saya di sini menyukai motifnya yang sama persis dengan motif pattern dari Afrika, meskipun unsur batik lebih bertema dan juga berwarna.”
Seni menyertakan unsur pengenalan dan pendidikan kepada pelanggannya dengan mengatakan kepada mereka bahwa motif batik itu sangat beraneka ragam sesuai daerah asalnya yang juga sangat beragam di seluruh Indonesia. Selain motif batik, sebagian pelanggan juga seringkali minta desain khusus untuk perhiasan pesanan mereka, misalnya yang bernuansa angklung atau desain dengan lukisan peta Indonesia.
“Untuk jewelry (perhiasan) mereka suka motifnya, karena (misalnya) dari anting itu saya biasanya buat ada motif batiknya, dan mereka bilang ‘saya suka motif seperti ini,’ karena lebih etnis dan autentik,” tukasnya.
Sebagian besar pembeli adalah orang Amerika
Menurut Seni, sebagian besar pembeli barang-barang kerajinannya adalah orang Amerika. “Yang biasanya beli jewelry-nya itu banyak orang Amerika sendiri yang lebih menyukai barang yang mereka anggap eksotik atau lebih autentik,” imbuhnya. Kesempatan berinteraksi dengan pelanggan Amerika itu juga sekaligus dimanfaatkan sebagai ajang promosi kerajinan tangan dari Indonesia.
“Kalau mereka menginginkan batik, saya akan selalu promosikan ada beberapa pola batik dan mereka biasanya langsung memilih salah satu apa yang mereka suka dan dari situ saya bisa langsung buatkan untuk mereka. Dan itulah salah satu wujud saya mempromosikan Indonesia di Amerika melalui hasil kerajinan tangan yang saya buat.”
Bangga akan akar Indonesia
Seni mengaku bangga menjadi orang Indonesia di Amerika dan sebagai bentuk kecintaan pada akarnya, dia selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk tidak melupakan asal-usul mereka.
“Di mana pun itu saya akan bilang saya orang Indonesia, dan itu yang saya tanamkan juga kepada kedua anak saya: ‘Kalau kalian ini adalah orang Indonesia meskipun kalian lahir dan dibesarkan di Amerika. You always remember where you came from (kalian selalu ingat dari mana asalmu), dan saya selalu pesan jangan pernah lupa asal dan usulmu itu,’” tegasnya.
Seni berharap bahwa ke depannya dia memiliki studio galeri pribadi. “Galeri saya sendiri di sini dan juga mudah-mudahan harapan saya juga bisa bekerja sama atau berkolaborasi dengan para pemilik UMKM dari Indonesia sendiri.” Dia juga ingin membantu memasarkan produk mereka di Amerika kelak.
Bangga akan beragamnya budaya Indonesia
Sementara di negara bagian Florida, seorang warga diaspora Indonesia juga giat mempromosikan Indonesia dengan cara memperkenalkan dan menjajakan barang-barang hasil kerajinan dan berbagai jenis makanan khas Indonesia. Agung Puspita, bersama keluarganya telah tinggal di negeri Paman Sam selama tujuh tahun.
Berbekal pengalaman bisnis online di Indonesia sejak 2011, Agung mencoba meneruskan usaha itu ketika pindah, tinggal dan mengadu nasib di Amerika. Hasilnya? “Saya coba jualan di sini sekitar beberapa bulan dan responsnya bagus dan banyak yang tertarik dengan barang-barang Indonesia,” ujarnya.
Agung mengaku sangat bangga dengan begitu beragamnya budaya Indonesia seperti seni, makanan, dan kerajinan berupa busana tradisional. Wanita Bali ini selalu berkeinginan untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke mancanegara.
“Kebetulan saya tinggal di sini (maka) saya coba perkenalkan lewat barang-barang yang saya jual seperti batik, kebaya, kamen, tas, baju adat Bali, dan makanan Indonesia,” akunya.
“Saya memilih batik karena batik Indonesia terlihat sangat elegan dan keren. Mmotifnya, coraknya itu terlihat bagus. Kalau saya memakai batik, sangat sering orang-orang itu melihat baju yang saya kenakan, terkadang mereka nanya ‘bajunya bagus beli di mana?’ Saya bilang kalau saya dari Indonesia dan ini baju berasal dari Indonesia. Kalau baju adat seperti kebaya dan baju adat Bali, biasanya teman-teman yang berasal dari Bali memakainya untuk kegiatan persembahyangan pada saat hari raya suci agama Hindu di Amerika.”
Memperkenalkan tanah air lewat promosi kerajinan Indonesia di AS
Menurut Agung, memakai dan menjual batik maupun barang-barang kerajinan Indonesia merupakan kesempatan memperkenalkan Indonesia secara tidak langsung. Kesempatan demikian memberinya kegembiraan tersendiri.
“Dengan menjual barang-barang kerajinan Indonesia secara tidak langsung saya dapat memperkenalkan budaya Indonesia ke orang asing. Jadi, first impression (kesan pertama) itu sebelum mereka berkunjung mereka sudah mengetahui sedikit tentang kerajinan dan budaya Indonesia lewat barang-barang yang saya jual.”
Ke depan, Agung beraspirasi bahwa kepopuleran budaya Indonesia di luar negeri lewat beragam karya seni dan kerajinan tangan bisa mendongkrak kebanggaan generasi muda Indonesia serta mendorong mereka untuk terus berkarya.
"Saya harap semakin dikenalnya budaya Indonesia di mancanegara membuat generasi muda di Indonesia semakin bangga, mencintai dan melestarikan adat budaya Nusantara, dan juga semakin banyak orang yang berminat membuat kerajinan seni Indonesia sehingga bisa dijual ke luar negeri,” harapnya.
Mempromosikan Indonesia melalui kebaya
Kembali ke negara bagian Maryland, di kota Baltimore, seorang warga diaspora Indonesia juga menekuni upaya pelestarian sekaligus promosi salah satu warisan budaya khas Indonesia, yakni kain kebaya. Dia adalah Nuri Auger, perempuan asal Ranah Minang yang telah lama bermukim di Amerika.
Ketrampilan Nuri membuat kebaya berkat praktek langsung melalui pelatihan yang diberikan oleh anggota keluarga lain di desanya di Sumatera Barat dengan menggunakan keterampilan yang sama yang mereka pelajari dari nenek moyang.
Di Maryland, Nuri mengaku dikenal sebagai “pembuat kebaya master yang mempertahankan hasrat yang kuat dan kecintaan pada tradisi tekstil khas Indonesia yang elegan dan klasik.”
“Kebaya itu cantik. Kebaya itu warisan leluhur kita yang tak boleh dilupakan. Saya sangat bangga bisa meneruskannya. Saya ingin banyak orang mengerti akan kebaya,” cetusnya.
Dalam upayanya mempromosikan kebaya, Nuri bahkan mendapat dukungan keuangan dengan hibah yang diterimanya dari Dewan Kesenian Negara Bagian Maryland. Nuri, yang berlatar belakang pendidikan mode di Futura Fashion Center Jakarta 1991, juga aktif menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah tempat tinggalnya.
“Saya mendapatkan undangan untuk hadir di Traditional Folk Festival (Festival Rakyat Tradisional) di Salisbury, Maryland. Pengunjung tertarik sekali dengan warna-warni kecantikan kebaya yang sudah dikombinasikan dengan bermacam corak kain traditional khas tanah air kita.”
Nuri mengatakan akan terus berusaha mempromosikan Indonesia dengan mengenalkan kebaya sepanjang memungkinkan. Dia menyatakan kerinduannya akan budaya mengenakan kebaya, baik di tanah air maupun di Amerika.
“Semoga semakin banyak perempuan memakai kebaya. Sesungguhnya kebaya dapat dipakai setiap saat. Impian yang tinggi saya ingin membuat museum kebaya di Amerika.” [lt/uh/em]
Forum