Para pengamat meyakini bahwa pihak berwenang China berencana menempatkan anjungan migas lepas pantai pertama buatan dalam negerinya di Laut China Selatan untuk memperlihatkan kepada para saingannya, seberapa jauh kesediaan China untuk mencapai keamanan energinya dan kemungkinan untuk memperluas pengaruh politiknya.
Anjungan yang dibangun dalam 21 bulan terakhir itu akan memulai pengeboran di ladang gas Lingshui 17-2 yang berjarak 150 km dari China, kata media lokal pada tanggal 18 Januari. Kawasan itu merupakan ladang migas pertama China di laut dalam, yang diperebutkan oleh lima negara lainnya.
Sementara kawasan pengeboran yang direncanakan itu terletak di dalam zona ekonomi eksklusif China yang berjarak 370 km dari garis pantainya, laporan Beijing yang meluas terkait anjungan baru itu menunjukkan kepada penggugat lain dan negara adikuasa saingannya, Washington, sejauh apa yang dapat China lakukan untuk mengamankan migas bagi keperluan di dalam negerinya, kata para analis.
“Saya kira mereka mungkin akan menempatkannya di laut yang disengketakan dan membiarkannya selama beberapa hari hingga ada pihak yang marah,” kata Stephen Nagy, profesor senior dalam kajian politik dan studi internasional di Universitas Kristen Internasional di Tokyo.
Beijing mengklaim sekitar 90 persen wilayah Laut China Selatan dan mengutip catatan sejarah untuk mendukung posisinya. China telah menggunakan keunggulan militer dan teknologinya atas negara-negara penggugat lainnya untuk membangun pulau-pulau kecil di laut, yang terbentang mulai dari pantai selatannya hingga ke pulau Kalimantan. Negara-negara lain, Brunei, Malaysia, Filipina dan Vietnam juga mengebor migas di laut seluas 3,5 juta kilometer persegi itu. [lj/uh]