Foto-foto mengejutkan dari kota Bucha di Ukraina dan tuduhan kejahatan perang Rusia di negara tersebut membangun tekanan untuk lebih banyak sanksi yang dapat diberikan kepada Moskow. Target potensial utama: minyak dan gas alam Rusia, dan $850 juta yang dibayarkan importer Eropa untuk pasokan tersebut setiap hari.
Namun itu tidak mudah, mengingat tingginya ketergantungan Eropa pada energi Rusia.
Sanksi Barat sejauh ini telah menargetkan bank dan perusahaan Rusia tetapi menghindari pembayaran minyak dan gas, konsesi AS untuk menjaga sekutu Eropa tetap bergabung dan menghadirkan front persatuan.
Berikut adalah fakta-fakta kunci seputar impor energi Eropa dari Rusia dan kemungkinan boikot:
Pasokan Apa yang Dipertaruhkan?
Uni Eropa mendapatkan sekitar 40 persen gas alamnya dari Rusia, yang digunakan untuk memanaskan rumah, menghasilkan listrik dan memasok industri dengan energi dan bahan baku utama untuk produk seperti pupuk.
Mengapa Eropa Tak Dapat Potong Energi Rusia Seperti AS?
Amerika Serikat (AS) mengimpor sedikit minyak dari Rusia, tetapi tidak mengimpor gas alam dari Rusia. Moskow sendiri dikenal sebagai produsen dan pengekspor utama minyak dan gas. Eropa memiliki beberapa cadangan minyak dan gas, tetapi produksinya telah menurun, membuat 27 negara yang tergabung di bawah bendera Uni Eropa bergantung pada impor.
Dari 155 miliar meter kubik gas yang diimpor Eropa dari Rusia setiap tahun, 140 miliar berasal dari pipa yang melintasi Ukraina, Polandia, dan di bawah Laut Baltik. Eropa berebut untuk mendapatkan pasokan tambahan dengan kapal dalam bentuk gas alam cair, atau LNG, tetapi pasokan tersebut tidak dapat mensubstitusi volume gas yang didapat melalui pipa.
LNG juga jauh lebih mahal, dan jumlah pemasok juga terbatas. Beberapa negara Eropa yang terhubung dengan terminal LNG, seperti Spanyol, namun ada beberapa negara yang belum memiliki infrastruktur LNG untuk mendapatkan pasokan ke seluruh Eropa. Membangun terminal impor LNG dan jaringan pipa untuk menghubungkan gas ke tempat-tempat yang membutuhkannya bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Karena ketergantungan pada Rusia bervariasi, kesepakatan tentang boikot Uni Eropa lebih sulit dicapai. Lithuania mengatakan pada Sabtu (2/4) bahwa mereka menghentikan impor gas Rusia dan hanya akan bergantung pada terminal LNG yang dioperasikan pada 2014. Polandia, yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencari alternatif pasokan, mengatakan tidak akan memperbarui kontrak gas Rusia pada akhir tahun, selain mengambil langkah-langkah untuk melarang batu bara dan minyak mentah Rusia.
Jerman, negara dengan ekonomi terbesar di benua itu, masih mendapatkan 40 persen gasnya dari Rusia, bahkan setelah mengurangi ketergantungannya. Jerman bertujuan untuk mengakhiri impor batu bara Rusia musim panas ini, impor minyak pada akhir tahun dan sebagian besar gasnya pada 2024, kata Menteri Ekonomi Robert Habeck.
Dari Mana Eropa dapat Pasokan Energi?
Uni Eropa bekerja untuk mencoret pasokan gas dari Rusia secepat mungkin dengan menemukan sumber baru, mempercepat sumber energi terbarukan, seperti angin dan matahari. Rencana Uni Eropa adalah untuk memotong penggunaan gas Rusia hingga dua pertiga pada akhir tahun dan secara total berhenti jauh sebelum 2030.
Selain mendapatkan LNG dari tempat-tempat seperti AS dan Qatar, Eropa mendorong lebih banyak gas dari jaringan pipa non-Rusia dari Norwegia dan Aljazair.
Minyak berbeda karena kebanyakan komoditas tersebut dikirim dengan menggunakan tanker. Namun, tidak mudah untuk mengganti pasokan Rusia dengan pasar global yang ketat. Mengambil lebih dari 2 juta barel per hari minyak Rusia ke Eropa dari pasar akan mendorong harga minyak lebih tinggi di seluruh dunia. Rusia dapat mencoba menjual minyak ke India dan China, meskipun mungkin mendapat penghasilan lebih sedikit.
Bagaimana Jika Eropa Larang Komoditas Energi Rusia?
Perkiraan bervariasi, tetapi penyetopan tersebut dapat mengakibatkan pukulan besar bagi ekonomi Eropa. Larangan mungkin berarti pemerintah harus menjatah gas di antara perusahaan untuk melindungi rumah dan rumah sakit.
Pembuat logam, pupuk, bahan kimia, dan kaca akan terpukul keras. Bahkan penghentian sebagian gas ke industri dapat menelan biaya “ratusan ribu” pekerjaan, kata Michael Vassiliadis, kepala serikat BCE Jerman yang mewakili pekerja di industri kimia dan pertambangan.
"Kami kemungkinan akan terus melihat penolakan dari Jerman dan beberapa negara lain karena mereka jauh lebih bergantung pada impor minyak, gas, dan batu bara Rusia," kata Craig Erlam, analis pasar senior untuk Inggris, Eropa, Timur Tengah dan Afrika di broker mata uang Oanda. "Perkiraan dampak embargo bervariasi, tetapi hampir pasti akan membawa negara itu ke dalam resesi."
Sekelompok sembilan ekonom AS, Inggris dan Jerman mengatakan embargo akan berarti biaya ekonomi yang besar bagi Jerman tetapi itu akan "jelas dapat dikelola." Negara itu “mengalami kemerosotan yang lebih dalam dalam beberapa tahun terakhir dan pulih dengan cepat,” termasuk krisis keuangan global 2009 dan resesi pandemi, kata mereka.
Apalagi yang Dapat Eropa Lakukan?
Pakar kebijakan energi Simone Tagliapietra dan ekonom Guntram Wolff di think-tank Bruegel di Brussels mengusulkan Uni Eropa menerapkan tarif impor untuk minyak dan gas Rusia. Langkah itu akan mengurangi pendapatan Rusia sambil menghindari pukulan besar terhadap pertumbuhan Eropa. Sementara di sisi hukum, langkah itu tidak menyalahi kontrak. Para pemimpin Eropa pekan lalu bersikeras bahwa kontrak yang sama melindungi mereka dari permintaan Rusia untuk membayar gas dalam rubel. Uang dari tarif impor tersebut dapat digunakan untuk melindungi rumah tangga yang rentan dari harga energi yang lebih tinggi.
Sementara tentara yang menginvasi Ukraina sudah dibayar, tarif akan menempatkan Kremlin dalam “posisi ekonomi yang lebih sulit, di mana mereka mungkin mulai mengalami kesulitan membeli barang-barang dari dunia luar, termasuk persenjataan, dan membayar gaji sektor publik,” kata Tagliapietra.
Bagaimana Posisi Eropa di Titik Ini?
Jerman mengandalkan gas alam saat beralih dari batu bara dan setelah mantan Kanselir Angela Merkel menutup pembangkit listrik tenaga nuklir yang tersisa setelah bencana Fukushima di Jepang pada 2011. Merkel menekankan dialog diplomatik dengan Presiden Rusia Vladimir Putin selama 16 tahun menjabat dan menekankan bahwa bahkan selama Perang Dingin, pasokan energi terus mengalir dari Rusia.
Dia juga mendukung pipa Nord Stream 2 dari Rusia meskipun dikritik itu akan meningkatkan ketergantungan Jerman pada Rusia. Kanselir Olaf Scholz, yang menjabat sebagai menteri keuangan Merkel, membekukan proyek tersebut setelah invasi.
Italia, negara dengan ekonomi besar lainnya di Uni Eropa, meningkatkan ketergantungannya pada gas Rusia selama bertahun-tahun saat negara itu beralih dari batu bara. Pejabat Italia mengatakan Rusia memasok 38 persen gas alam yang digunakan untuk listrik dan industri berat, termasuk pabrik baja dan kertas.
Menteri Luar Negeri Luigi Di Maio, yang telah melakukan perjalanan ke negara-negara penghasil energi mencari alternatif, mengatakan kepada kantor berita ANSA pada Senin (4/4) bahwa "Italia tidak dapat memveto sanksi mengenai gas Rusia." Namun Perdana Menteri Mario Draghi, yang pekan lalu mengatakan bahwa pembayaran gas mendanai perang Rusia, tidak membahas energi ketika dia mengutuk foto mayat-mayat yang bergelimpangan di jalan-jalan Ukraina. [ah/rs]