Menteri Pertahanan Amerika Chuck Hagel berpidato di Tokyo setelah pertemuan dengan mitra Jepangnya, Itsunori Onodera. Pada kunjungan hari keduanya di Jepang Minggu (6/4), Hagel mengumumkan Amerika akan meningkatkan dukungan militernya kepada sekutu Asianya itu.
"Sebagai tanggapan terhadap pola tindakan Korea Utara yang provokatif dan menggoncangkan kawasan, termasuk peluncuran roket akhir-akhir ini dan pelanggaran resolusi dewan keamanan PBB, hari ini saya bisa nyatakan bahwa Amerika berencana untuk mengerahkan tambahan dua kapal yang dilengkapi misil balistik Aegis ke Jepang pada tahun 2017," tegas Hagel.
Ketika berlangsung ketegangan terakhir dengan Korea pada akhir Maret lalu, Korea Utara menembakkan artileri melewati perairan Korea Selatan. Korea Selatan menganggapi dan kedua negara itu baku tembak artileri dalam kurun waktu hanya beberapa jam.
Provokasi baru-baru ini oleh Korea Utara juga termasuk penembakan roket jarak menengah yang bisa menghantam Jepang.
Hagel juga berbicara mengenai China, negara yang akan dikunjunginya setelah Jepang. Hubungan antara China dan Jepang berada pada titik terendah karena perselisihan kawasan di pulau-pulau kecil di perairan yang kaya kandungan alamnya di Laut Cina Timur.
Sementara Amerika tidak berpihak pada negara manapun dalam perselihin kepemilikan pulau itu, Amerika mengakui kedaulatan de fakto Jepang dan terikat perjanjian untuk melindungi Jepang bila terjadi agresi.
Selain itu, Hagel juga mengacu pada peristiwa aneksasi Russia atas Krimea.
"Anda tidak bisa keliling dunia dan mengubah batas suatu negara dan melanggar batas kawasan dan kedaulatan sebuah negara dengan memaksa, menyerang dan melakukan intimidasi , apakah itu pulau kecil di Pasifik atau sebuah negara besar di Eropa," katanya.
Hagel menambahkan bahwa apa yang terjadi di Ukraina memiliki kemiripan dengan Asia, di mana China terlibat pertikaian sengit sehubungan batas laut di Timur dan Selatan.
Negara seperti Filipina dan Jepang telah mengungkapkan kekhawatiran mereka atas sikap China yang semakin agresif dalam menyatakan klaim teritorialnya.
Hagel menyebut China sebuah kekuatan yang besar, namun mengatakan bahwa negara itu harus menghormati tetangganya, lebih transparan mengenai kekuatan militernya dan menjauhi pemaksaan dan intimidasi.
"Dengan pemilikan kekuatan ini, maka muncul tanggungjawab baru yang lebih luas sehubungan penggunaan kekuatan ini. Dan saya ingin berbicara dengan China mengenai hal ini khususnya tentang transparansi. Ini dimensi penting dalam hubungan kami," papar Hagel.
Menteri Pertahanan AS itu akan melanjutkan lawatannya ke Beijing hari Senin (7/4). Analis di China mengatakan perselisihan kawasan tampaknya akan dibicarakan selama kunjungan Hagel, dan juga kerjasama militer dan upaya untuk menghadapi Korea Utara.
(Rebecca Valli/VOA).
"Sebagai tanggapan terhadap pola tindakan Korea Utara yang provokatif dan menggoncangkan kawasan, termasuk peluncuran roket akhir-akhir ini dan pelanggaran resolusi dewan keamanan PBB, hari ini saya bisa nyatakan bahwa Amerika berencana untuk mengerahkan tambahan dua kapal yang dilengkapi misil balistik Aegis ke Jepang pada tahun 2017," tegas Hagel.
Ketika berlangsung ketegangan terakhir dengan Korea pada akhir Maret lalu, Korea Utara menembakkan artileri melewati perairan Korea Selatan. Korea Selatan menganggapi dan kedua negara itu baku tembak artileri dalam kurun waktu hanya beberapa jam.
Provokasi baru-baru ini oleh Korea Utara juga termasuk penembakan roket jarak menengah yang bisa menghantam Jepang.
Hagel juga berbicara mengenai China, negara yang akan dikunjunginya setelah Jepang. Hubungan antara China dan Jepang berada pada titik terendah karena perselisihan kawasan di pulau-pulau kecil di perairan yang kaya kandungan alamnya di Laut Cina Timur.
Sementara Amerika tidak berpihak pada negara manapun dalam perselihin kepemilikan pulau itu, Amerika mengakui kedaulatan de fakto Jepang dan terikat perjanjian untuk melindungi Jepang bila terjadi agresi.
Selain itu, Hagel juga mengacu pada peristiwa aneksasi Russia atas Krimea.
"Anda tidak bisa keliling dunia dan mengubah batas suatu negara dan melanggar batas kawasan dan kedaulatan sebuah negara dengan memaksa, menyerang dan melakukan intimidasi , apakah itu pulau kecil di Pasifik atau sebuah negara besar di Eropa," katanya.
Hagel menambahkan bahwa apa yang terjadi di Ukraina memiliki kemiripan dengan Asia, di mana China terlibat pertikaian sengit sehubungan batas laut di Timur dan Selatan.
Negara seperti Filipina dan Jepang telah mengungkapkan kekhawatiran mereka atas sikap China yang semakin agresif dalam menyatakan klaim teritorialnya.
Hagel menyebut China sebuah kekuatan yang besar, namun mengatakan bahwa negara itu harus menghormati tetangganya, lebih transparan mengenai kekuatan militernya dan menjauhi pemaksaan dan intimidasi.
"Dengan pemilikan kekuatan ini, maka muncul tanggungjawab baru yang lebih luas sehubungan penggunaan kekuatan ini. Dan saya ingin berbicara dengan China mengenai hal ini khususnya tentang transparansi. Ini dimensi penting dalam hubungan kami," papar Hagel.
Menteri Pertahanan AS itu akan melanjutkan lawatannya ke Beijing hari Senin (7/4). Analis di China mengatakan perselisihan kawasan tampaknya akan dibicarakan selama kunjungan Hagel, dan juga kerjasama militer dan upaya untuk menghadapi Korea Utara.
(Rebecca Valli/VOA).