Pada bulan September, kapal perusak Angkatan Laut AS, USS Decatur, hampir bentrok dengan kapal perang China. Luyang jaraknya hanya 40 meter dari busur kapal Amerika, sehingga harus melakukan manuver untuk mencegah tabrakan.
Insiden itu, dekat pulau karang yang diklaim China di Laut China Selatan, menambah ketegangan antara Washington dan Beijing.
“Meskipun ada gangguan nekat semacam itu, Angkatan Laut AS akan terus melakukan penerbangan, berlayar, dan beroperasi di mana diizinkan hukum internasional dan dikehendaki kepentingan nasional kita. Kita tidak akan terintimidasi dan tidak akan mundur," kata Mike Pence.
China telah memperluas pengawasannya atas sebagian besar Laut China Selatan dalam beberapa tahun terakhir, membangun pangkalan militer dan landasan udara di pulau-pulau kecil dan pulau karang. AS dan sekutunya menanggapi dengan kebebasan untuk melakukan latihan-latihan navigasi di dekat klaim China yang disengketakan untuk memastikan China tidak memblokir lalu lintas laut dan udara. Tetapi China menentang latihan ini.
Tidak hanya menghadapi prilaku yang tidak diinginkan namun juga memperkuatnya. Awal bulan ini kapal induk USS Ronald Reagan bergabung dengan kapal perusak Jepang untuk melakukan latihan kesiapan perang terbesar di wilayah tersebut.
Trump sebelumnya bertekad untuk melakukan pendekatan AS yang lebih agresif.
Menurut Charles Kupchan, Dewan Hubungan Luar Negeri, "Kita tidak berada pada titik dimana China menggantikan AS sebagai kekuatan global. Tapi kita mungkin berada pada titik puncak perjuangan nyata untuk pengaruh besar di dalam dan di sekitar wilayah tetangga China."
Sejauh ini, para pemimpin militer China dan Amerika masih berkomunikasi, yang menunjukkan kedua negara tidak menginginkan konfrontasi.
Untuk meredakan ketegangan di Laut China Selatan, China dan negara-negara anggota ASEAN melakukan latihan maritim gabungan pertama bulan lalu. ASEAN untuk pertama kalinya juga merencanakan latihan maritim dengan AS tahun depan. [my]