Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, Rabu (11/12) dijadwalkan menuju Yordania dan Turki dalam upaya untuk menggalang visi yang selaras dari negara-negara di kawasan Timur Tengah untuk masa depan Suriah, menyusul penggulingan penguasa otoriter yang telah lama berkuasa Bashar al-Assad.
Blinken akan melakukan perjalanan ke Aqaba, Yordania, dan Ankara, Turki, dan bertemu dengan para pemimpin untuk membahas perkembangan di Suriah, Israel, Gaza, Lebanon, dan di seluruh kawasan, kata Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Seorang juru bicara mengatakan Blinken ingin mengamankan konsensus di antara para pemimpin di kawasan mengenai prinsip-prinsip utama untuk transisi Suriah pasca-Assad. Ia mengatakan ini termasuk penghormatan penuh terhadap hak-hak kelompok minoritas, fasilitasi bantuan kemanusiaan, pencegahan Suriah menjadi tempat bagi terorisme atau ancaman bagi negara-negara tetangganya, serta pengamanan dan penghancuran cadangan senjata kimia atau biologi.
Blinken telah mengatakan bahwa Amerika Serikat akan mengakui pemerintah Suriah yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip tersebut.
Juru bicara tersebut mengatakan bahwa di Aqaba, Blinken akan bertemu dengan pejabat senior Yordania untuk membahas masalah bilateral, menyoroti kemitraan strategis AS-Yordania, dan menegaskan kembali dukungan Amerika Serikat untuk stabilitas regional.
Di Ankara, Blinken akan bekerja sama dengan para pejabat senior Turki untuk memperkuat kerja sama bilateral dalam prioritas bersama, termasuk kontraterorisme dan stabilitas regional, dengan sekutu NATO Turki.
Pada hari Selasa, Blinken mengadakan pembicaraan dengan mitra-mitra dari Yordania, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Mesir, di mana ia menegaskan kembali perlunya transisi yang dipimpin Suriah.
Sementara itu, pada hari Kamis, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, atau OPCW, akan mengadakan sesi darurat untuk membahas situasi di Suriah. OPCW -- badan pelaksana Konvensi Senjata Kimia 1997 -- mengatakan bahwa mereka memantau Suriah dengan "perhatian khusus" pada lokasi senjata kimia dan telah mengingatkan negara tersebut tentang kewajibannya untuk mendeklarasikan dan menghancurkan semua senjata terlarang.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan akan menunggu hasil sesi tersebut untuk menentukan langkah selanjutnya.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga akan bergabung dengan para pemimpin negara-negara Kelompok Tujuh (G7) dalam pertemuan puncak virtual pada hari Jumat, untuk membahas Suriah dan berbagai masalah mendesak lainnya di Timur Tengah.
Minggu lalu, kelompok pemberontak Suriah menggulingkan rezim Assad setelah serangan cepat kurang dari dua minggu, mengakhiri penindasan brutal selama puluhan tahun.
Sementara banyak warga Suriah merayakan kepergian Bashar al-Assad, ketidakpastian membayangi masa depan negara tersebut. Kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS), faksi dominan di antara pasukan oposisi, dengan cepat mengonsolidasikan kekuasaan. Pada saat yang sama, pihak-pihak asing bersaing untuk mendapatkan pengaruh di pemerintahan yang baru lahir atau berusaha membatasi potensinya sebagai ancaman keamanan.
Perang saudara Suriah yang berlangsung hampir 14 tahun telah merenggut 500 ribu nyawa dan membuat setengah dari 23 juta penduduknya mengungsi sebelum perang. Jutaan warga Suriah melarikan diri ke negara-negara tetangga seperti Yordania, Turki, Irak, dan Lebanon, dan banyak yang melanjutkan perjalanan ke Eropa untuk mencari tempat yang aman. [uh/ab]
Menlu Amerika Serikat Blinken ke Timur Tengah Saat Suriah Susun Masa Depan Pasca-Assad
Di Ankara, Blinken akan bekerja sama dengan para pejabat senior Turki untuk memperkuat kerja sama bilateral dalam prioritas bersama, termasuk kontraterorisme dan stabilitas regional, dengan sekutu NATO Turki.
Terkait
Paling Populer
1
Forum