Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry akan melawat ke Ukraina dan Jerman pekan depan untuk melangsungkan pembicaraan mengenai isu-isu yang mencakup ketegangan yang meningkat atas - apa yang menurut Amerika dan sekutu-sekutu Baratnya - agresi Rusia di Ukraina.
Kerry diperkirakan akan mengangkat isu itu saat bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di sela-sela sebuah konferensi keamanan di Jerman.
Pertempuran yang meningkat antar pasukan Ukraina dan para pemberontak pro-Rusia menimbulkan tuduhan baru bahwa Rusia tidak memenuhi komitmennya dalam kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani di Minsk dan mulai berlangsung September lalu.
Dalam jumpa pers bersama sejawatnya dari Swedia, Margot Wallstrom, Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry mengungkapkan keprihatinan akan kekerasan yang meningkat.
Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan, Kerry akan menggunakan lawatannya ke Ukraina untuk menegaskan dukungan Amerika bagi negara itu dan rakyatnya.
"Kami selalu memikirkan Ukraina. Kami ingin dukungan langsung Rusia bagi separatis, seperti tank, senjata berat dan roket dihentikan,” kata Menlu Amerika Serikat John Kerry.
Namun aksi kekerasan yang meningkat dari pihak separatis dukungan Rusia kemungkinan menunjukkan Moskow tidak siap untuk mundur dan memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam kesepakatan gencatan senjata.
"Sayangnya, tidak ada indikasi dalam beberapa pekan terakhir bahwa Rusia siap berunding secara serius,” kata Mantan Duta besar Amerika untuk Ukraina Steven Pifer, yang kini menjadi analis di Brookings Institution.
Para menteri luar negeri Uni Eropa do Brussels telah menyepakati perpanjangan sanksi selama enam bulan terhadap para pejabat Rusia dan separatis dukungan Rusia.
Namun, menurut Leon Aron, seorang analis masalah Rusia dari American Enterprise Institute, tidak jelas apakah tindakan penghukuman itu akan menimbulkan pengaruh yang diinginkan terhadap Moskow.
"Tidak ada yang tahu sampai tingkat mana kesulitan ekonomi dan tekanan diplomatik dan isolasi akan mengubah pendirian pemimpin Rusia Vladimir Putin. Kenyataannya, saya bahkan tidak yakin ia sendiri tahu,” kata Leon Aron.
Sementara Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Baratnya mempertimbangkan langkah lebih lanjut di Ukraina, ada keprihatinan yang meningkat mengenai jumlah korban manusia dalam konflik itu.
PBB mengatakan, sejak April, kekerasan itu telah mengakibatkan lebih dari 5000 kematian, dan lebih dari 10 ribu orang terluka.
Yuri, seorang warga Debaltseve, kota yang dikontrol pemerintah Ukraina namun terus diserang pemberontak mengatakan, kekerasan semakin tidak terkendali. "Setiap hari rumah seseorang ditembak. Hari ini, rumah teman saya. Kita tidak bisa pergi karena kita tidak punya uang. Selain itu, orang tua saya sudah lanjut usia. Ibu saya cacad dan saya harus menjaganya. Kami harus bisa bertahan menghadapi cobaan ini," katanya.