Menlu AS John Kerry berharap bisa memulihkan hubungan erat Amerika dan Arab Saudi setelah munculnya beberapa perbedaan terkait isu Suriah dan Iran.
Arab Saudi bulan lalu menolak kursi Dewan Keamanan PBB sebagai protes atas apa yang disebutnya sebagai “standar ganda” terkait kegagalan PBB mengambil tindakan terhadap perang saudara di Suriah dimana Presiden Bashar Al Assad mendapat dukungan kuat dari para pemimpin Syiah di Iran.
Arab Saudi yang mendukung pemberontak yang sebagian besar beraliran Sunni, kecewa karena Amerika mundur dari ancamannya untuk melakukan serangan misil terhadap senjata kimia Assad dan lebih memilih mendukung rencana untuk menghancurkan senjata kimia.
Berbicara pada wartawan di Kairo hari Minggu (3/11) sesaat sebelum berangkat ke Riyadh, John Kerry mengatakan Amerika dan Arab Saudi memiliki tujuan yang sama di Suriah.
John Kerry mengatakan Amerika dan Arab Saudi sama-sama bekerja menuju terwujudnya pemerintah transisi Suriah tanpa Presiden Assad. Pemimpin Suriah itu ingin agar Iran ikut serta dalam perundingan tentang pemerintahan sementara.
Tetapi pejabat-pejabat Amerika mengatakan telah menegaskan kepada Arab Saudi bahwa Amerika akan menentang keikutsertaan Iran kecuali Iran terlebih dulu menyepakati prinsip-prinsip utama tentang pembentukan pemerintah transisi.
Pemimpin-pemimpin Arab Saudi juga khawatir tentang kemajuan upaya internasional untuk meredam program nuklir Iran. Arab Saudi dan Israel bahkan mempertanyakan ketulusan Iran. Pemerintah baru Iran sedang berupaya untuk melunakkan sanksi-sanksi ekonomi yang melumpuhkan Iran terkait kecurigaan bahwa negara itu berupaya mengembangkan senjata nuklir.
John Kerry mengatakan pemerintah Obama memahami keprihatinan negara-negara di kawasan terhadap Iran dan bertekad mempertahankan “hubungan utama di Timur Tengah dalam hal keamanan”.
Arab Saudi dan Amerika juga berbeda pendapat soal Mesir. Arab Saudi membantu mendanai pemerintah sementara yang didukung militer di Mesir. Sementara Amerika justru menunda pemberian bantuan sistem senjata utama karena aksi kekerasan yang terjadi pasca penggulingan Mohammed Morsi – presiden pertama yang terpilih secara demokratis di Mesir.
Mantan Duta Besar Amerika di Mesir Adam Ereli mengatakan semakin tajamnya perbedaan pandangan antara Amerika dan Arab Saudi menunjukkan kebijakan luar negeri Arab Saudi yang semakin keras. John Kerry – dalam kedudukannya sebagai menteri luar negeri – sudah dua kali mengunjungi Arab Saudi, tetapi kali ini untuk pertama kalinya Kerry akan mengadakan pembicaraan dengan Raja Abdullah.
Seorang pejabat senior yang ikut melawat bersama Kerry mengatakan Amerika sangat setuju dengan Arab Saudi untuk menyeimbangkan dukungan Iran bagi kelompok-kelompok yang dinilai Amerika dan Arab Saudi sebagai organisasi teroris.
Ditambahkannya pemerintah Obama mendukung bantuan keuangan “yang sangat dibutuhkan” Mesir, tetapi yakin bahkan akan lebih sesuai jika menghubungkan bantuan itu dengan reformasi ekonomi, karena kemajuan transisi demokratis di Mesir terkait erat dengan keberhasilan ekonomi.
Arab Saudi bulan lalu menolak kursi Dewan Keamanan PBB sebagai protes atas apa yang disebutnya sebagai “standar ganda” terkait kegagalan PBB mengambil tindakan terhadap perang saudara di Suriah dimana Presiden Bashar Al Assad mendapat dukungan kuat dari para pemimpin Syiah di Iran.
Arab Saudi yang mendukung pemberontak yang sebagian besar beraliran Sunni, kecewa karena Amerika mundur dari ancamannya untuk melakukan serangan misil terhadap senjata kimia Assad dan lebih memilih mendukung rencana untuk menghancurkan senjata kimia.
Berbicara pada wartawan di Kairo hari Minggu (3/11) sesaat sebelum berangkat ke Riyadh, John Kerry mengatakan Amerika dan Arab Saudi memiliki tujuan yang sama di Suriah.
John Kerry mengatakan Amerika dan Arab Saudi sama-sama bekerja menuju terwujudnya pemerintah transisi Suriah tanpa Presiden Assad. Pemimpin Suriah itu ingin agar Iran ikut serta dalam perundingan tentang pemerintahan sementara.
Tetapi pejabat-pejabat Amerika mengatakan telah menegaskan kepada Arab Saudi bahwa Amerika akan menentang keikutsertaan Iran kecuali Iran terlebih dulu menyepakati prinsip-prinsip utama tentang pembentukan pemerintah transisi.
Pemimpin-pemimpin Arab Saudi juga khawatir tentang kemajuan upaya internasional untuk meredam program nuklir Iran. Arab Saudi dan Israel bahkan mempertanyakan ketulusan Iran. Pemerintah baru Iran sedang berupaya untuk melunakkan sanksi-sanksi ekonomi yang melumpuhkan Iran terkait kecurigaan bahwa negara itu berupaya mengembangkan senjata nuklir.
John Kerry mengatakan pemerintah Obama memahami keprihatinan negara-negara di kawasan terhadap Iran dan bertekad mempertahankan “hubungan utama di Timur Tengah dalam hal keamanan”.
Arab Saudi dan Amerika juga berbeda pendapat soal Mesir. Arab Saudi membantu mendanai pemerintah sementara yang didukung militer di Mesir. Sementara Amerika justru menunda pemberian bantuan sistem senjata utama karena aksi kekerasan yang terjadi pasca penggulingan Mohammed Morsi – presiden pertama yang terpilih secara demokratis di Mesir.
Mantan Duta Besar Amerika di Mesir Adam Ereli mengatakan semakin tajamnya perbedaan pandangan antara Amerika dan Arab Saudi menunjukkan kebijakan luar negeri Arab Saudi yang semakin keras. John Kerry – dalam kedudukannya sebagai menteri luar negeri – sudah dua kali mengunjungi Arab Saudi, tetapi kali ini untuk pertama kalinya Kerry akan mengadakan pembicaraan dengan Raja Abdullah.
Seorang pejabat senior yang ikut melawat bersama Kerry mengatakan Amerika sangat setuju dengan Arab Saudi untuk menyeimbangkan dukungan Iran bagi kelompok-kelompok yang dinilai Amerika dan Arab Saudi sebagai organisasi teroris.
Ditambahkannya pemerintah Obama mendukung bantuan keuangan “yang sangat dibutuhkan” Mesir, tetapi yakin bahkan akan lebih sesuai jika menghubungkan bantuan itu dengan reformasi ekonomi, karena kemajuan transisi demokratis di Mesir terkait erat dengan keberhasilan ekonomi.