KYIV, UKRAINA —
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, hari Selasa (4/3) meletakkan bunga di sebuah tempat peringatan di Lapangan Kemerdekaan Ukraina di ibukota, Kyiv. Lebih dari 70 orang tewas di kota itu dalam aksi-aksi protes bulan Februari terhadap Presiden Viktor Yanukovych yang pekan lalu ke Rusia.
Menlu AS John Kerry tiba dengan memberikan bantuan senilai 1 milyar dolar dan peringatan keras untuk Rusia. "Jika Rusia tidak mau bekerja sama secara langsung dengan pemerintah Ukraina seperti yang kami harapkan, maka mitra-mitra kami tidak punya pilihan lain kecuali bergabung dengan kami untuk memperluas langkah-langkah yang telah kami ambil dalam beberapa hari terakhir untuk mengisolasi Rusia secara politis, diplomatis dan ekonomis," tegas Menlu AS John Kerry.
Kerry bertemu dengan pemerintahan transisi Ukraina, yang dipuji Amerika karena telah menahan diri dalam konflik dengan Rusia. Dalam kesempatan tersebut, Menlu AS mendesak Moskow untuk menghormati pemilu Ukraina yang dijadwalkan bulan Mei.
Tetapi Presiden Vladimir Putin telah menolaknya dan berkeras bahwa Presiden Yanukovych yang terguling adalah pemimpin Ukraina yang sah. Dalam keterangan pers di Moskow, Putin menyampaikan komentar pertamanya sejak Yanukovych pergi, menyebut pemerintahan transisi Ukraina melakukan kudeta bersenjata.
Terlepas dari adanya bukti video, dia menyangkal bahwa pasukan Rusia terus menyebar di Semenanjung Krimea di Ukraina tetapi mempertahankan hak untuk menggunakan kekuatan militer.
Putin mengatakan jika dia mengambil keputusan untuk menggunakan pasukan bersenjata, itu dilakukan secara sah dan sesuai dengan norma-norma hukum internasional. Dia mengatakan ada keberatan dari presiden Ukraina yang sah, dan Rusia berkewajiban untuk melindungi orang-orang yang dianggap erat kaitannya.
Dalam beberapa hari terakhir, tentara tanpa lencana, tetapi menggunakan perlengkapan militer Rusia, mengambil alih bandara dan instalasi militer di Semenanjung Krimea.
Pemimpin sementara Ukraina mengatakan 16,000 tentara Rusia telah memasuki wilayah itu.
Wilayah Ukraina yang didominasi warga Rusia itu telah menyambut baik langkah Moskow, tetapi aksi itu dilihat oleh bagian lain negara itu, dan dunia Barat, sebagai invasi.
Russia hari Selasa (4/3) mengakhiri latihan-latihan militer yang dilakukan secara tiba-tiba di perbatasan barat Ukraina yang dikhawatirkan banyak pihak dapat memicu konflik militer. Tetapi ketegangan masih tinggi dan itu diperkuat oleh pasukan Rusia yang, setelah mengambil alih sebuah pangkalan udara di Krimea, melepaskan tembakan peringatan terhadap tentara Ukraina yang berusaha kembali ke bandara itu.
Menlu AS John Kerry tiba dengan memberikan bantuan senilai 1 milyar dolar dan peringatan keras untuk Rusia. "Jika Rusia tidak mau bekerja sama secara langsung dengan pemerintah Ukraina seperti yang kami harapkan, maka mitra-mitra kami tidak punya pilihan lain kecuali bergabung dengan kami untuk memperluas langkah-langkah yang telah kami ambil dalam beberapa hari terakhir untuk mengisolasi Rusia secara politis, diplomatis dan ekonomis," tegas Menlu AS John Kerry.
Kerry bertemu dengan pemerintahan transisi Ukraina, yang dipuji Amerika karena telah menahan diri dalam konflik dengan Rusia. Dalam kesempatan tersebut, Menlu AS mendesak Moskow untuk menghormati pemilu Ukraina yang dijadwalkan bulan Mei.
Tetapi Presiden Vladimir Putin telah menolaknya dan berkeras bahwa Presiden Yanukovych yang terguling adalah pemimpin Ukraina yang sah. Dalam keterangan pers di Moskow, Putin menyampaikan komentar pertamanya sejak Yanukovych pergi, menyebut pemerintahan transisi Ukraina melakukan kudeta bersenjata.
Terlepas dari adanya bukti video, dia menyangkal bahwa pasukan Rusia terus menyebar di Semenanjung Krimea di Ukraina tetapi mempertahankan hak untuk menggunakan kekuatan militer.
Putin mengatakan jika dia mengambil keputusan untuk menggunakan pasukan bersenjata, itu dilakukan secara sah dan sesuai dengan norma-norma hukum internasional. Dia mengatakan ada keberatan dari presiden Ukraina yang sah, dan Rusia berkewajiban untuk melindungi orang-orang yang dianggap erat kaitannya.
Dalam beberapa hari terakhir, tentara tanpa lencana, tetapi menggunakan perlengkapan militer Rusia, mengambil alih bandara dan instalasi militer di Semenanjung Krimea.
Pemimpin sementara Ukraina mengatakan 16,000 tentara Rusia telah memasuki wilayah itu.
Wilayah Ukraina yang didominasi warga Rusia itu telah menyambut baik langkah Moskow, tetapi aksi itu dilihat oleh bagian lain negara itu, dan dunia Barat, sebagai invasi.
Russia hari Selasa (4/3) mengakhiri latihan-latihan militer yang dilakukan secara tiba-tiba di perbatasan barat Ukraina yang dikhawatirkan banyak pihak dapat memicu konflik militer. Tetapi ketegangan masih tinggi dan itu diperkuat oleh pasukan Rusia yang, setelah mengambil alih sebuah pangkalan udara di Krimea, melepaskan tembakan peringatan terhadap tentara Ukraina yang berusaha kembali ke bandara itu.