Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menjelaskan bahwa Amerika memperkuat hubungannya dengan Kerajaan Arab Saudi, dan mengumumkan rencana untuk membangun gedung Kedutaan Besar AS yang baru di Riyadh.
Pompeo pada Rabu (14/10) menyambut Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan al Saud di Deplu untuk memulai dialog strategis. Dia dikutip sebagai mengatakan, ada “bukti” dari rencana bersama untuk semakin memperluas kemitraan yang sudah berlangsung selama 75 tahun di antara kedua negara.
“AS sedang bersiap-siap membeli sebuah lokasi seluas 10,5 hektare untuk Kedutaan Amerika yang baru di Riyadh,” kata Pompeo dalam sebuah pernyataan.
“Proyek ini, bersama-sama dengan peresmian konsulat baru di Jeddah baru-baru ini, dan pembangunan konsulat baru di Dhahran yang masih berlangsung, merupakan investasi Amerika bernilai lebih dari $1 miliar."
Pengumuman Pompeo ini datang sementara dia menghadapi kritik dari anggota kongres karena mendesakkan penjualan senjata kepada Arab Saudi pada Mei 2019. Senat melakukan pemungutan suara untuk memblokir penjualan itu, mengutip keprihatinan atas pembunuhan penulis kolom Washington Post, Jamal Khashoggi, oleh Saudi, pelanggaran HAM lain, dan penderitaan warga sipil akibat perang yang dipimpin Saudi di Yaman.
Pemerintahan Trump hendak menjual senjata kepada Riyadh senilai lebih dari $8 miliar sebagai bagian dari sebuah deklarasi darurat untuk melawan ancaman dari Iran.
Aktivis HAM dan sejumlah anggota Kongres telah menyerukan agar Amerika meninjau kembali hubungannya dengan Riyadh.
Yasmine Farouk, seorang cendekiawan yang sedang berkunjung ke Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan kepada VOA, pernyataan Pompeo pada Rabu (14/10) itu merupakan petunjuk yang jelas bahwa satu-satunya tinjauan yang dilakukan pemerintahan Trump adalah seberapa besar peningkatan dan perluasan penjualan senjata yang harus dilakukan Amerika untuk Arab Saudi. [jm/pp]