"Saya berharap kita akan membuat beberapa kemajuan nyata, termasuk upaya memastikan bahwa pertemuan puncak antara dua pemimpin kita bisa terjadi di mana kita bisa membuat langkah penting menuju denuklirisasi," kata Pompeo dalam acara televisi CBS "Face the Nation."
Pertemuan Pompeo dengan Kim Yong Chol akhir pekan ini dilakukan di tengah perselisihan kedua pihak selama hampir lima bulan setelah pertemuan bersejarah bulan Juni di mana Trump dan Kim berjanji untuk bekerja sama ke arah denuklirisasi semenanjung Korea.
Kementerian luar negeri Korea Utara awal pekan ini memperingatkan Korea Utara "secara serius" akan mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali program senjata nuklirnya kecuali sanksi AS dicabut.
Pompeo menepis pernyataan itu, mengatakan kepada acara "Fox News Sunday," "Saya tidak mengkhawatirkan hal itu."
"Kita sangat fokus. Kita tahu dengan siapa kita berunding, kita tahu sikap mereka dan Presiden Trump telah memaparkan sikapnya dengan sangat jelas," kata Pompeo.
Ia menambahkan "tidak akan ada ada bantuan ekonomi sampai kita mencapai tujuan akhir kita."
Berita mengenai pertemuan itu, dan kemungkinan KTT lainnya, juga disampaikan hanya dua hari menjelang pemilu paruh waktu AS yang dianggap sebagai referendum bagi Trump.
Trump sering menyebut penurunan ketegangan dengan Korea Utara yang menjadi bahan retorika tajam dan meningkatnya ketegangan di awal masa jabatannya sebagai pencapaian penting kebijakan luar negeri.
Pompeo pada dua penampilan televisi itu menekankan tidak ada rudal atau uji coba nuklir sejak KTT di Singapura, dan sisa-sisa jasad tentara AS yang tewas selama Perang Korea telah dikembalikan.
"Kita telah mencapai sukses hanya dalam waktu beberapa bulan, sejak Juni lalu dan kita terus membuat kemajuan yang baik. Saya yakin kita akan lebih maju lagi minggu ini, ketika saya berada di New York," kata Pompeo kepada CBS. [my]