Dalam jumpa pers virtual dari Tokyo usai pertemuan 2+2, Selasa (30/3), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menggarisbawahi kembali posisi Jepang sebagai mitra strategis Indonesia sejak 2006, terutama dalam bidang ekonomi.
"Tahun 2020, Jepang merupakan investor terbesar keempat di Indonesia setelah Singapura, RRT, dan Hong Kong dan pada tahun 2018, Jepang bahkan menjadi investor (terbesar) kedua setelah Singapura," kata Retno.
Di bidang ketahanan kesehatan, lanjut Retno, ada perkembangan pada sejumlah nota kesepahaman yang telah ditandatangani Indonesia dan Jepang. Di antaranya kerjasama riset, pengembangan, dan pembuatan vaksin antara Institut Teknologi Bandung dan Universitas Osaka.
Selain memberi hibah peralatan kesehatan, termasuk mobil sinar X, Jepang juga mendukung pembangunan cold chain vaccine senilai US$41 juta kepada beberapa negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
Dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Jepang Motegi Toshimitsu, Retno secara khusus mendorong penguatan kerjasama dengan Jepang untuk penguatan pengelolaan vaksinasi dan laboratorium, baik untuk COVID-19 atau penyakit menular lainnya.
Di bidang investasi, Retno memuji rencana ekspansi perusahaan otomotif Jepang, seperti Toyota, Mitsubishi, Honda, dan Suzuki di Indonesia. Ia kembali mendorong relokasi perusahaan Jepang ke Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai pusat produk-produk Jepang di kawasan, seperti otomotif, petrokimia, dan industri kaus kaki.
Retno juga mengharapkan partisipasi Jepang dalam Otoritas Investasi Indonesia. Indonesia memulai pembicaraan awal dengan Japan Bank for International Cooperation JIBC.
Pada sektor infrastruktur, Indonesia memandang perlunya percepatan penyelesaian sejumlah proyek infrastruktur besar, antara pembangunan MRT tahap kedua dan pembangunan tahap lanjut Pelabuhan Patimban.
Indonesia juga meminta Jepang mengakui standar minyak Indonesia (ISPO)
Terkait krisis di Myanmar, menurut Retno, Indonesia dan Jepang memiliki keprihatinan yang sama melihat memburuknya situasi di negara itu. Indonesia menolak keras penggunaan kekerasan oleh aparat keamanan yang hingga pekan ini sudah menewaskan lebih dari 500 demonstran. Indonesia telah mendesak militer Myanmar menghentikan tindakan represif untuk mencegah korban meninggal berlanjut.
Belum Semua Dipenuhi
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Paramadina Teuku Rezasyah mengatakan masih banyak hal dalam kemitraan strategis dengan Jepang yang belum dipenuhi. Misalnya terkait pembangunan pulau terluar, terutama di Natuna.
Menurut Rezasyah, pemerintah Indonesia kemungkinan akan memberikan proyek pembangunan rel ganda jalur kereta api Jakarta-Surabaya setelah memberikan proyek serupa untuk jalur Jakarta-Bandung pada China.
"Kita juga sedang membahas dengan Jepang urusan pabrik otomotif Jepang di Indonesia dengan bahan lithium. Kita juga punya harapan dengan Jepang untuk mengimbangi perilaku Cina di Laut Cina Selatan, di mana baru-baru ini sudah ada nota kesepahaman antara menhan kita dengan menhan Jepang tentang kerjasama patroli laut," ujar Rezasyah.
Menlu Retno Marsudi dan Menhan Prabowo Subianto juga melakukan kunjungan kehormatan pada Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga. Dalam pertemuan dengan Suga, kedua pejabat tinggi itu menyampaikan pesan dari Presiden Joko Widodo tentang pentingnya terus menindaklanjuti kerjasama yang sudah dibahas saat lawatan Suga ke Indonesia, termasuk di bidang investasi. [fw/em]