Tautan-tautan Akses

Menlu Retno: Tak Ada Negara Kebal dari Dampak Wabah Virus Corona 


Menlu RI Retno Marsudi pada acara peluncuran keketuaan Indonesia dalam Foreign Policy and Global Health Initiative (FPGHI) di kantornya di Jakarta, Selasa, 28 Januari 2020. (Foto Courtesy: Kemenlu RI)
Menlu RI Retno Marsudi pada acara peluncuran keketuaan Indonesia dalam Foreign Policy and Global Health Initiative (FPGHI) di kantornya di Jakarta, Selasa, 28 Januari 2020. (Foto Courtesy: Kemenlu RI)

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mengatakan merebaknya virus novel corona saat ini sekaligus pengingat bahwa tidak ada satu pun negara yang dapat kebal dari dampak wabah tersebut. Oleh karena itu diperlukan kerja sama internasional, baik dalam pencegahan maupun dalam penanganan wabah itu sendiri.

Kepada wartawan usai acara peluncuran keketuaan Indonesia dalam Foreign Policy and Global Health Initiative (FPGHI) di kantornya di Jakarta, Selasa (28/1), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan tidak ada satu negara pun kebal dari dampak wabah virus corona jenis 2019-NCoV, yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.

"Merebaknya virus corona ini sekaligus pengingat bagi kita semua bahwa tidak ada satu pun negara yang dapat kebal dari dampak wabah tersebut. Oleh karena itu diperlukan kerjasama internasional, baik dalam pencegahan maupun dalam penanganan wabah itu sendiri," kata Retno.

Menteri Retno juga menyampaikan perkembangan terbaru mengenai kondisi 243 warga Indonesia yang tinggal di wilayah diisolasi di Provinsi Hubei. Dari jumlah itu, seratus orang menetap di Wuhan. Dari seratus orang ini, 84 berstatus mahasiswa dan 16 lainnya adalah tamu mahasiswa dari tempat lain, pekerja, profesor, dan istri dari seorang ekspatriat.

Menlu Retno: Tidak Ada Negara Kebal Dari Dampak Wabah Virus Corona
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:56 0:00

"Yang kita inginkan hanya memastikan mereka di tempat masing-masing kebutuhan sehari-hari ada dan mereka dalam kondisi sehat," ujar Menteri Retno.

Retno menekankan pemerintah Indonesia memberikan perhatian sangat besar terhadap kesehatan dan keselamatan warga Indonesia di Hubei. Kementerian Luar Negeri terus berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ibu Kota Beijing untuk memantau perkembangan situasi dihadapi 243 warga Indonesia di Hubei.

Fokus perhatian pemerintah saat ini adalah mengenai ketersediaan bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Hingga tadi malam, Menteri Retno mendapat informasi ketersediaan pasokan bahan makanan dan logistik bagi warga Indonesia di Hubei cukup untuk tiga hingga lima hari ke depan. Karena itu, pihak KBRI Beijing berkoordinasi dengan otoritas setempat agar bisa memberikan pasokan logistik bagi 243 warga Indonesia di Hubei.

Wuhan kini sudah diisolasi sehingga tambahnya pemerintah tidak dapat membawa masuk pasokan bahan makanan atau logistik lainnya untuk seratus warga Indonesia sekarang masih berada di sana.

Pemerintah juga mencemaskan menipisnya kebutuhan masker berkualitas bagus. Namun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyanggupi untuk mengirimkan masker melalui pesawat Garuda ke Beijing, Rabu (29/1). Dari sana, ada biro pengiriman yang mendapat izin dari pemerintah China untuk masuk ke Wuhan.

KBRI Beijing, kata Retno, sudah menghubungi biro pengiriman tersebut untuk membawa masker-masker yang dibutuhkan semua WNI di Hubei. Dia memastikan 243 warga Indonesia di Hubei dalam posisi tidak bisa keluar dari kota tempat tinggal namun masih bisa mendapatkan kebutuhan yang diperlukan.

Soal evakuasi warga Indonesia dari Hubei, Menteri Retno menyatakan opsi tersebut terbuka. Tapi Menlu Retno mengingatkan evakuasi warga Indonesia dari wilayah-wilayah yang diisolasi tidak bisa dilakukan spontan saja, tapi harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pemerintah setempat.

Menteri Retno mengatakan semua kementerian dan lembaga terkait masih merancang rencana evakuasi warga Indonesia dari Hubei.

Menurut Kepala Perwakilan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) di Indonesia, N. Paranietharan, sistem peringatan dini dan pemeriksaan kesehatan terhadap orang-orang datang dari China sudah berjalan bagus di Indonesia dalam menghadapi penyebaran virus corona. Dia menambahkan Indonesia juga memiliki ratusan fasilitas kesehatan tersebar di seantero wilayah yang dapat mencegah sekaligus menangani wabah virus corona secara sangat tepat dan terkontrol.

"Jadi sistemnya sudah siap. Karena itu saya melihat Indonesia sangat siap dalam merespon situasi ini. Apakah kesiapsiagaan ini mencukupi akan sangat bergantung pada jumlah kasus penderita virus corona," ujar Paranietharan.

Paranietharan menambahkan jumlah penderita virus corona di China sudah mencapai 2.700 lebih dan 106 orang telah meninggal. Keadaan ini, menurutnya, sudah tidak terkontrol.

Menurutnya semua orang mesti mewaspadai wabah virus corona ini. Namun dia memuji langkah pemerintah yang sudah mensosialisasikan kepada masyarakat untuk rajin memncuci tangan dengan sabun, menjauhi orang berpenyakit influenza, dan memeriksa kesehatan kalau mengalami gejala flu dan demam.

Hingga kini, virus corona telah menewaskan 106 orang di China dan 4.515 orang sudah terjangkit virus ini. Virus ini juga telah menyebar di 16 negara, termasuk Kamboja, Malaysia, Singapura, dan Vietnam.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi saat memberi sambutan pada acara peluncuran keketuaan Indonesia dalam Foreign Policy and Global Health Initiative (FPGHI) di kantornya di Jakarta, Selasa, 28 Januari 2020. (Foto Courtesy: Kemenlu RI)
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi saat memberi sambutan pada acara peluncuran keketuaan Indonesia dalam Foreign Policy and Global Health Initiative (FPGHI) di kantornya di Jakarta, Selasa, 28 Januari 2020. (Foto Courtesy: Kemenlu RI)

Dalam sambutannya saat peluncuran Indonesia sebagai ketua FPGHI pada 2020, Menteri Retno menyampaikan Indonesia akan mengambil tema fasilitas kesehatan terjangkau untuk semua. Hal ini penting untuk memastikan kualitas layanan kesehatan yang baik dengan akses ke obat-obatan berkualitas tinggi, vaksin, layanan fasilitas, serta tenaga medis.

Dibentuk pada 2007, FPGHI terdiri dari tujuh negara, yakni Indonesia, Brasil, Prancis, Norwegia, Senegal, Afrika Selatan, dan Thailand. FPGHI dibuat atas dasar isu kesehatan global yang membutuhkan dorongan politis supaya dapat menjadi prioritas masing-masing anggota di tingkat nasional dan global.

Ketujuh negara anggota berkumpul setiap tahun untuk membahas isu kesehatan kepada para pelaku kebijakan luar negeri di New York. [fw/ka]

Recommended

XS
SM
MD
LG